Penelitian Korelasional
Diajukan untuk memenuhi tugas terstruktur pada mata
kuliah
Metodologi Penelitian
Kelompok 4:
Melda
Yanti 2410.072
Akbar
Yusuf 2410.074
Ade
Putra 2410.086
Yuarni
2410.0
Dosen Pembimbing :
M.IMMAMUDDIN, M.Pd
Semester V
Program Studi Pendidikan
Matematika Jurusan Tarbiyah
Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri(STAIN) Syech M Djamil Djambek
Bukittinggi
KATA
PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah
penulis haturkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayahnya,
penulis dapat menyelesaikan makalah Metodologi
Penelitian.
Penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan
makalah ini. Terutama kepada Bapak
M.IMMAMUDDIN,Mpd sebagai dosen pembimbing yang membekali
penulis dengan ilmu pengetahuan.
Dalam pembuatan makalah
ini, sudah tentu terdapat kesalahan dan kekurangan. Seperti kata pepatah “ Tak ada gading yang tak retak “, untuk itu kritik dan saran dari
pembaca sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan makalah ini dan makalah yang
akan datang.
Terakhir penulis
berharap mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Bukittinggi, 14 Oktober
2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
B.
Tujuan
Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Penelitian Korelasional
B. Tujuan Penelitian Korelasional
C. Ciri-ciri Penelitian Korelasional
D. Jenis-Jenis Penelitian Korelasional
E. Rancangan Penelitian Korelasional
F. Desain Dasar Penelitian Korelasional
G. Teknik Penelitian Korelasional
H. Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Korelasional
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Saran
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Penelitian
merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada suatu masalah yang memerlukan
solusi yang tepat. Dalam kehidupan selalu ada masalah, baik masalah pribadi,
keluarga, masyarakat dan negara. Dari semua masalah tersebut, tidak semua
masalah yang memerlukan solusi dalam bentuk kegiatan penelitian. Perbedaanya
adalah pada kegiatan penyelesaian masalah. Selain masalah, komponen penting
yang harus ada dalam penelitian adalah tujuan penelitian sehingga dapat
ditentukan metode yang tepat untuk penyelesain masalah. Kegiatan penyelesaian
masalah yang disebut penelitian dapat dilakukan secara sistematis dengan
mengikuti metodologi, dikontrol, dan didasarkan teori yang ada serta diperkuat
dengan gejala yang ada (Sukardi, 2004:3).
Secara
umum, penelitian dapat dibedakan dari beberapa aspek, diantaranya aspek tujuan,
aspek metode, aspek kajian. Menurut Gay (dalam Sukardi, 2004:13) Aspek
tujuan terdiri dari penelitian dasar dan lanjut. Aspek metode terdiri atas
penelitian deskriptif, penelitian sejarah, penelitian survei, penelitian ex-postfakto,
penelitian eksperimen, penelitian kuai eksperimen. Sedangkan, aspek kajian
sesuai bidang garapan dapat dibagi menjadi dua, yaitu penelitian kependidikan
dan penelitian nonkependidikan (Sukardi, 2004:13-16).
Masalah
penelitian dapat dibagi dalam berbagai bidang diantaranya bidang pendidikan,
kesehatan, sosial, ekonomi, dan lain-lain. Salah satu bidang penelitian yang
memerlukan perhatian khusus adalah bidang penelitian pendidikan. Secara umum
metode penyelesaian masalah pada penelitian pendidikan ada dua, yaitu metode
kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif yang yang pengumpulan datanya
berinteraksi langsung dengan objek penelitianya dan hasilnya tidak
diperoleh melalui prosedur statistik. Sedangkan metode kuantitatif, pengumpulan
datanya melalui instrumen penelitian berupa populasi dan sampel serta hasilnya
diperoleh melalui prosedur statistic. Salah satu peneltian yang penting dan
bermanfaat dalam dunia pendidikan adalah penelitian korelasional.
Fenomena
yang terjadi dalam dunia pendidikan terdapat hubungan antarunsur-unsurnya.
Seperti hubungan antara guru dengan siswa, guru dengan materi/kurikulum, materi
dengan evaluasi, dan lain-lain. Hubungan-hubungan tersebut dapat diketahui
tingkat korelasinya secara ilmiah secara statistik melalui metode penelitian
korelasional.
B.
Tujuan Penulisan
Mendeskripsikan
teori penelitian korelasional dan contoh penerapan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Penelitian Korelasional
Penelitian
korelasi atau korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan
dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk
mempengaruhi variabel tersebut sehingga tidak terdapat manipulasi variabel
(Faenkel dan Wallen, 2008:328). Adanya hubungan dan tingkat variabel ini
penting karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat
mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian. Jenis penelitian ini biasanya
melibatkan ukuran statistik/tingkat hubungan yang disebut dengan korelasi (Mc
Millan dan Schumacher, dalam Syamsuddin dan Vismaia, 2009:25). Penelitian
korelasional menggunakan instrumen untuk menentukan apakah, dan untuk tingkat
apa, terdapat hubungan antara dua variabel atau lebih yang dapat
dikuantitatifkan.
Menurut
Gay dalam Sukardi (2004:166) penelitian korelasi merupakan salah satu bagian
penelitian ex-postfacto karena biasanya peneliti tidak
memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung mencari keberadaan hubungan
dan tingkat hubungan variabel yang direfleksikan dalam koefisien korelasi.
Selanjutnya, Fraenkel dan Wallen (2008:329) menyebutkan penelitian korelasi ke
dalam penelitian deskripsi karena penelitian tersebut merupakan usaha
menggambarkan kondisi yang sudah terjadi. Dalam penelitian ini, peneliti
berusaha menggambarkan kondisi sekarang dalam konteks kuantitatif yang
direfleksikan dalam variabel.
Penelitian
korelasional dilakukan dalam berbagai bidang diantaranya pendidikan, sosial,
maupun ekonomi. Penelitian ini hanya terbatas pada panafsiran hubungan
antarvariabel saja tidak sampai pada hubungan kausalitas, tetapi penelitian ini
dapat dijadikan acuan untuk diajadi penelitian selanjutnya seperti penelitian
eksperimen (Emzir, 2009:38). Menurut Sukardi (2004:166) penelitian korelasi
mempunyai tiga karakteristik penting untuk para peneliti yang hendak
menggunakannya. Tiga karakteristik tersebut adalah sebagai berikut.
- Penelitian korelasi tepat jika variabel kompleks dan peneliti tidak mungkin melakukan manipulasi dan mengontrol variabel seperti dalam penelitian eksperimen.
- Memungkinkan variabel diukur secara intensif dalam setting (lingkungan) nyata.
- Memungkinkan peneliti mendapatkan derajat asosiasi yang signifikan.
B.
Tujuan Penelitian Korelasional
Tujuan
penelitian korelasional menurut Suryabrata (dalam Abidin, 2010) adalah untuk
mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan
variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien
korelasi. Sedangkan menurut Gay dalam Emzir (2009:38) Tujuan penelitian
korelasional adalah untuk menentukan hubungan antara variabel, atau untuk
menggunakan hubungan tersebut untuk membuat prediksi. Studi hubungan biasanya
menyelidiki sejumlah variabel yang dipercaya berhubungan dengan suatu variabel
mayor, seperti hasil belajar variabel yang ternyata tidak mempunyai hubungan
yang tinggi dieliminasi dari perhatian selanjutnya.
C.
Ciri-ciri Penelitian
Korelasional
1.
Penelitian macam ini cocok dilakukan bila variabel-variabel yang diteliti rumit
dan/atau tak dapat diteliti dengan metode eksperimental atau tak dapat
dimanipulasi.
2.
Studi macam ini memungkinkan pengukuran beberapa variabel dan saling
hubungannya secara serentak dalam keadaan realistiknya.
3.
Output dari penelitian ini adalah taraf atau tinggi-rendahnya saling hubungan
dan bukan ada atau tidak adanya saling hubungan tersebut.
4.
Dapat digunakan untuk meramalkan variabel tertentu berdasarkan variabel bebas.
D. Jenis
Penelitian Korelasional
1.
Penelitian Hubungan
Penelitian
hubungan, relasional, atau korelasi sederhana (seringkali hanya disebut
korelasi saja) digunakan untuk menyelidiki hubungan antara hasil pengukuran terhadap
dua variabel yang berbeda dalam waktu yang bersamaan. Penelitian ini bertujuan
untuk menentukan tingkat atau derajat hubungan antara sepasang variabel
(bivariat). Lebih lanjut, penelitian jenis ini seringkali menjadi bagian dari
penelitian lain, yang dilakukan sebagai awal untuk proses penelitian lain yang
kompleks. Misalnya, dalam penelitian korelasi multivariat yang meneliti
hubungan beberapa variabel secara simultan pada umumnya selalu diawali dengan
penelitian hubungan sederhana untuk melihat bagaimana masing-masing variabel
tersebut berhubungan satu sama lain secara berpasangan.
Dalam
penelitian korelasi sederhana ini hubungan antar variabel tersebut ditunjukkan
oleh nilai koefisien korelasi. Nilai koofisien korelasi merupakn suatu
alat statistik yang digunakan untuk membantu peneliti dalam memahami tingkat
hubungan tersebut. Nilai koefisien bervariasi dari -1,00 sampai +1,00 diperoleh
dengan menggunakan teknik statistik tertentu sesuai dengan karakter dari data
masing-masing variabel.
Pada
dasarnya, desain penelitian hubungan ini cukup sederhana, yakni hanya dengan
mengumpulkan skor dua variabel dari kelompok subjek yang sama dan kemudian
menghitung koefisien korelasinya. Oleh karena itu, dalam melakukan penelitian
ini, pertama-tama peneliti menentukan sepasang variabel yang akan diselidiki
tingkat hubungannya. Pemilihan kedua variabel tersebut harus didasarkan pada
teori, asumsi, hasil penelitian yang mendahului, atau pengalaman bahwa keduanya
sangat mungkin berhubungan.
2.
Penelitian Prediktif
Dalam
pelaksanaan di bidang pendidikan, banyak situasi yang menghendaki dilakukannya
prediksi atau peramalan. Pada awal tahun ajaran baru, misalnya, setiap sekolah
karena keterbatasan fasilitas, seringkali harus menyeleksi para pendaftar yang
akan diterima menjadi calon siswa baru.
Penelitian
korelasi jenis ini memfokuskan pada pengukuran terhadap satu variabel atau
lebih yang dapat dipakai untuk memprediksi atau meramal kejadian di masa yang
akan datang atau variabel lain (Borg & Gall dalam Abidin, 2010). Penelitian
ini sebagaimana penelitian relasional, melibatkan penghitungan korelasi antara
suatu pola tingkah laku yang kompleks, yakni variabel yang menjadi sasaran
prediksi atau yang diramalkan kejadiannya (disebut kriteria), dan variabel lain
yang diperkirakan berhubungan dengan kriteria, yakni variabel yang dipakai
untuk memprediksi (disebut prediktor). Teknik yang digunakan untuk mengetahui
tingkat prediksi antara kedua variabel tersebut adalah teknik analisis regresi
yang menghasilkan nilai koefisien regresi, yang dilambangkan dengan R.
Perbedaan
yang utama antara penelitian relasional dan penelitian jenis ini terletak pada
asumsi yang mendasari hubungan antar variabel yang diteliti. Dalam penelitian
relasional, peneliti berasumsi bahwa hubungan antara kedua variabel terjadi
secara dua arah atau dengan kata lain, ia hanya ingin menyelidiki apakah kedua
variabel mempunyai hubungan, tanpa mempunyai anggapan bahwa variabel yang
muncul lebih awal dari yang lain. Oleh karena itu, kedua variabel biasanya diukur
dalam waktu yang bersamaan. Sedang dalam penelitian prediktif, di samping ingin
menyelidiki hubungan antara dua variabel, peneliti juga mempunyai anggapan
bahwa salah satu variabel muncul lebih dahulu dari yang lain, atau hubungan
satu arah. Oleh karena itu, tidak seperti penelitian relasional, kedua variabel
diukur dalam waktu yang berurutan, yakni variabel prediktor diukur sebelum
variabel kriteria terjadi, dan tidak dapat sebaliknya.
3.
Korelasi Multivariat
Teknik
untuk mengukur dan menyelidiki tingkat hubungan antara kombinasi dari tiga
variabel atau lebih disebut teknik korelasi multivariat. Ada beberapa teknik
yang dapat digunakan, dua diantaranya yang akan dibahas di sini adalah: regresi
ganda atau multiple regresion dan korelasi kanonik.
Regresi
ganda. Memprediksi suatu
fenomena yang kompleks hanya dengan menggunakan satu faktor (variabel
prediktor) seringkali hanya memberikan hasil yang kurang akurat. Dalam banyak
hal, semakin banyak informasi yang diperoleh semakin akurat prediksi yang dapat
dibuat (Mc Millan & Schumaker dalam Abidin, 2010), yakni dengan menggunakan
kombinasi dua atau lebih variabel prediktor, prediksi terhadap variabel
kriteria akan lebih akurat dibanding dengan hanya menggunakan masing-masing
variabel prediktor secara sendiri-sendiri. Dengan demikian, penambahan jumlah
prediktor akan meningkatkan akurasi prediksi kriteria.
Korelasi
kanonik. Pada dasarnya teknik
ini sama dengan regresi ganda, dimana beberapa variabel dikombinasikan untuk
memprediksi variabel kriteria. Akan tetapi, tidak seperti regresi ganda yang
hanya melibatkan satu variabel kriteria, korelasi kanonik melibatkan lebih dari
satu variabel kriteria. Korelasi ini berguna untuk menjawab pertanyaan,
bagaimana serangkaian variabel prediktor memprediksi serangkai variabel
kriteria? Dengan demikian, korelasi kanonik ini dapat dianggap sebagai
perluasan dari regresi ganda,dan sebaliknya, regresi berganda dapat dianggap
sebagai bagian dari korelasi kanonik (Pedhazur dalam Abidin, 2010). Seringkali
korelasi ini digunakan dalam penelitian eksplorasi yang bertujuan untuk
meentukan apakah sejumlah variabel mempunyai hubungan satu sama lain yang
serupa atau berbeda.
E.
Rancangan Penelitian Korelasional
Penelitian
korelasional mempunyai berbagai jenis rancangan. Shaughnessy dan Zechmeinter
(dalam Emzir, 2009:48-51), yaitu:
1.
Korelasi Bivariat
Rancangan
penelitian korelasi bivariat adalah suatu rancangan penelitian yang bertujuan
untuk mendeskripsikan hubungan antara dua variabel. Hubungan antara dua
variabel diukur. Hubungan tersebut mempunyai tingkatan dan arah. Tingkat
hubungan (bagaimana kuatnya hubungan) biasanya diungkapkan dalam angka antar
-1,00 dan +1,00, yang dinamakan koefisien korelasi. Korelasi zero (0)
mengindikasikan tidak ada hubungan. Koefisien korelasi yang bergerak ke arah
-1,00 atau +1,00, merupakan korelasi sempurna pada kedua ekstrem (Emzir,
2009:48).
Arah
hubungan diindikasikan olh simbol “-“ dan “+”. Suatu korelasi negatif berarti
bahwa semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin rendah pula skor pada
variabel lain atau sebaliknya. Korelasi positif mengindikasikan bahwa semakin
tinggi skor pada suatu variabel, semakin tinggi pula skor pada variabel lain
atau sebaliknya (Emzir, 2009:48).
2.
Regresi dan Prediksi
Jika
terdapat korelasi antara dua variabel dan kita mengetahui skor pada salah satu
variabel, skor pada variabel kedua dapat diprediksikan. Regresi merujuk pada
seberapa baik kita dapat membuat prediksi ini. Sebagaimana pendekatan koefisien
korelasi baik -1,00 maupun +1,00, prediksi kita dapat lebih baik.
3.
Regresi Jamak (Multiple Regresion)
Regresi
jamak merupakan perluasan regresi dan prediksi sederhana dengan penambahan
beberapa variabel. Kombinasi beberapa variabel ini memberikan lebih banyak
kekuatan kepada kita untuk membuat prediksi yang akurat. Apa yang kita
prediksikan disebut variabel kriteria (criterion variable). Apa yang
kita gunakan untuk membuat prediksi, variabel-variabel yang sudah diketahui
disebut variabel prediktor (predictor variables).
4.
Analisis Faktor
Prosedur
statistik ini mengidentifikasi pola variabel yang ada. Sejumlah besar variabel
dikorelasikan dan terdapatnya antarkorelasi yang tinggi mengindikasikan suatu
faktor penting yang umum.
Analisis faktor adalah alat analisis statistik yang dipergunakan untuk
mereduksi faktor-faktor yang mempengaruhi suatu variabel menjadi beberapa set
indikator saja, tanpa kehilangan informasi yang berarti, hingga sejumlah faktor
tersebut mampu menjelaskan sebesar mungkin keragaman data yang dijelaskan
oleh variabel asal. Sebagai ilustrasi, terdapat 50 indikator yang
diidentifikasi mempunyai pengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen. Dengan
analisis faktor, ke-50 indikator tersebut akan dikelompokkan menjadi beberapa
sub set indikator yang sejenis. Masing-masing kelompok sub set tersebut
kemudian diberi nama sesuai dengan indikator yang mengelompok. Pengelompokan
berdasarkan kedekatan korelasi antar masing-masing indikator dan penentuan
banyaknya sub set, biasanya diambil di atas 1.
Analisis faktor digunakan untuk
penelitian awal di mana faktor-faktor yang mempengaruhi suatu variabel belum
diidentifikasikan secara baik (explanatory research). Selain itu, analisis
faktor juga dapat digunakan untuk menguji validitas suatu rangkaian kuesioner.
Sebagai gambaran, jika suatu indikator tidak mengelompok kepada variabelnya,
tetapi malah mengelompok ke variabel yang lain, berarti indikator tersebut
tidak valid.[1]
5.
Rancangan korelasional yang digunakan untuk menarik kesimpulan kausal
Terdapat
dua rancangan yang dapat digunakan untuk membuat pernyataan-pernyataan tentang
sebab dan akibat menggunakan metode korelasional. Rancangan tersebut adalah
rancangan analisis jalur (path analysis design) dan rancangan panel
lintas-akhir (cross-lagged panel design).
Analisis
jalur digunakan untuk menentukan mana dari sejumlah jalur yang menghubungkan
satu variabel dengan variabel lainnya. Sedangkan desain panel lintas akhir
mengukur dua variabel pada dua titik sekaligus.
6.
Analisis sistem (System Analysis)
Desain
ini melibatkan penggunaan prosedur matematik yang kompleks/rumit untuk
menentukan proses dinamik, seperti perubahan sepanjang waktu, jerat umpan balik
serta unsur dan aliran hubungan.
F.
Desain Dasar Penelitian Korelasional
Pada
dasarnya penelitian korelasioanal melibatkan perhitungan korelasi antara
variabel yang komplek (variabel kriteria) dengan variabel lain yang dianggap
mempuyai hubungan (variabel prediktor). Langkah-langkah tesebut penelitian ini
antara lain secara umum menurut Mc Milan dan Schumaker (2003), yaitu penentuan
masalah, peninjauan masalah atau studi pustaka, pertanyaan penelitian atau
hipotesis, rancangan penelitian dan metodologi penelitian, pengumpulan
data, dan analisis data, simpulan.
1.
Penentuan masalah
Dewey
(dalam Syamsuddin dan Vismaia, 2009:42) menyatakan masalah dalam penelitian
merupakan kesenjangan antara yang diharapkan dengan kenyataan yang ada atau
sesuatu yang dijadikan target yang telah ditetapkan oleh peneliti, tetapi
target tersebut tidak tercapai. Disetiap penelitian langkah awal yang harus
dilakukan peneliti adalah menentukan masalah penelitian yang akan menjadi fokus
studinya. Ciri-ciri permasalahan yang layak diteliti adalah yang dapat diteliti
(researchable), mempunyai kontribusi atau kebermanafaatan bagi banyak
pihak, dapat didukung oleh data empiris serta sesuai kemampuan dan keinginan
peneliti (Sukardi, 2004:27-28). Dalam penelitian korelasional, masalah yang
dipilih harus mempunyai nilai yang berarti dalam pola perilaku fenomena yang
kompleks yang memerlukan pemahaman. Disamping itu, variabel yang dimasukkan
dalam penelitian harus didasarkan pada pertimbangan, baik secara teoritis
maupun nalar, bahwa variabel tersebut mempunyai hubungan tertentu. Hal ini
biasanya dapat diperoleh berdasarkan hasil penelitian sebelumnya.
2.
Peninjauan Masalah atau Studi Kepustakaan
Setelah
penentuan masalah, kegiatan penelitian yang penting adalah studi kepustakaan
yang menjadi dasar pijakan untuk memperoleh landasan teori, kerangka pikir dan
penentuan dugaan sementara sehingga peneliti dapat mengerti, mengalokasikan,
mengorganisasikan, dan menggunakan variasi pustaka dalam bidangnya. Macam-macam
sumber untuk memperoleh teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti
adalah dari jurnal, laporan hasil penelitian, majalah ilmiah, surat kabar, buku
yang relevan, hasil-hasil seminar, artikel ilmiah dan narasumber.
3.
Rancangan penelitian atau Metodologi Penelitian
Pada
tahap ini peneliti menentukan subjek penelitian yang akan dipilih dan
menentukan cara pengolahan datanya. Subyek yang dilibatkan dalam penelitian ini
harus dapat diukur dalam variabel-variabel yang menjadi fokus penelitian.
Subyek tersebut harus relatif homogen dalam faktor-faktor di luar variabel yang
diteliti yang mungkin dapat mempengaruhi variabel terikat. Bila subyek yang
dilibatkan mempunyai perbedaan yang berarti dalam faktor-faktor tersebut,
korelasi antar variabel yang diteliti menjadi kabur. Untuk mengurangi
heterogenitas tersebut, peneliti dapat mengklasifikasikan subyek menjadi
beberapa kelompok berdasarkan tingkat faktor tertentu kemudian menguji hubungan
antar variabel penelitian untuk masing-masing kelompok.
4.
Pengumpulan data
Berbagai
jenis instrumen dapat digunakan untuk mengukur dan mengumpulkan data
masing-masing variabel, seperti angket, tes, pedoman interview dan pedoman
observasi, tentunya disesuaikan dengan kebutuhan. Data yang dikumpulkan dengan
instrumen-instrumen tersebut harus dalam bentuk angka. Dalam penelitian
korelasional, pengukuran variabel dapat dilakukan dalam waktu yang relatif
sama. Sedang dalam penelitian prediktif, variabel prediktor harus diukur selang
beberapa waktu sebelum variabel kriteria terjadi. Jika tidak demikian, maka
prediksi terhadap kriteria tersebut tidak ada artinya.
5.
Analisis data dan Interpretasi
Pada
dasarnya, analisis dalam penelitian korelasional dilakukan dengan cara
mengkorelasikan hasil pengukuran suatu variabel dengan hasil pengukuran
variabel lain. Dalam penelitian korelasional, teknik korelasi bivariat, sesuai
dengan jenis datanya, digunakan untuk menghitung tingkat hubungan antara
variabel yang satu dengan yang lain. Sedang dalam penelitian prediktif, teknik
yang digunakan adalah analisis regresi untuk mengetahui tingkat kemampuan
prediktif variabel prediktor terhadap variabel kriteria. Namun demikian, dapat
pula digunakan analisis korelasi biasa bila hanya melibatkan dua variabel. Bila
melibatkan lebih dari dua variabel, misalnya untuk menentukan apakah dua
variabel prediktor atau lebih dapat digunakan untuk memprediksi variabel
kriteria lebih baik dari bila digunakan secara sendiri-sendiri, teknik analisis
regresi ganda, multiple regresion atau analisis kanonik dapat
digunakan. Hasil analisis tersebut biasanya dilaporkan dalam bentuk nilai
koefisien korelasi atau koefisien regresi serta tingkat signifikansinya,
disamping proporsi variansi yang disumbangkan oleh variabel bebas terhadap
variabel terikat.
Interpretasi
data pada penelitian korelasional adalah bila dua variabel hubungkan maka akan
menghasil koefisen korelasi dengan simbol (r). Hubungan variabel
tersebut dinyatakan dengan nilai dari -1 samapai +1. Nilai (-) menunjukan
korelasi negatif yang variabelnya saling bertolak belakang dan nilai (+)
menunjukkan korelasi positif yang variabelnya saling mendekati ke arah yang
sama (Syamsudin dan Vismaia, 2009:25).
Jika ada hubungan antara
2 variabel, berarti skor dalam 2 variabel mempunyai asosiasi dengan variabel
tertentu yang terukur. Harga r =-1 atau +1 menunjukkan asosiasi sempurna
diantara 2 variabel, sedangkan harga r = 0 mempunyai arti bahwa
dua variabel tersebut tidak memiliki hubungan antara variabel satu dengan
variabel yang lainnya.
(Cohen dan
Manion,1981:128) dalam Sukardi (2008:170) menunjukkan harga r (hubungan)
sebagai berikut:
1)
Nilai
r = 0,20-0,35 menunjukkan hubungan dua variabel lemah walaupun signifikan.
2)
Nilai
r = 0,35-0,65 menunjukkan hubungan sedang, umumnya signifikan pada lebih
dari 1%, hubungan tersebut berguna untuk analisis prediksi
3)
Nilai
r = 0,65-0,85 menunjukkan hubungan cukup tinggi yang memungkinkan
peneliti melakukan prediksi yang tepat
4)
Nilai
r = >0,85 menunjukkan hubungan antarvariabel tinggi, dan peneliti
dianjurkan melakukan prediksi grup secara tepat. Di samping itu, prediksi
individual juga dapat dilakukan secara cermat.
Hubungan
variabel yang lemah mungkin tidak memberikan rekomendasi untuk dilanjutkan,
tetapi untuk variabel yang kuat misalnya r>0,80, peneliti dianjurkan
untuk melakukan analisis prediksi hubungan sebab-akibat (causal comparative
study) atau bahkan ke studi eksperimen untuk dapat mendapatkan kepastian
apakah hubungan tersebut memiliki sebab akibat.[2]
G. Teknik
Korelasi
Ada
beberapa jenis teknik korelasi yang bisa digunakan.
1.
Korelasi Product – Moment
Ada
3 unsur yang digunakan untuk menentukan koefisien korelasi ini, yaitu:
Dari ketiga rumus diatas
akan didapat koefisien korelasi (r) lalu diinterpretasikan. Untuk
interpretasi dapat dilihat tabel berikut
Besarnya r
|
Interpretasi
|
0,800<r<1
0,600<r<0,600
0,400<r<0,600
0,200<r<0,400
0,000<r<0,200
|
Tinggi
Cukup
Agak Rendah
Rendah
Sangat Rendah
|
Apabila diperoleh angka
negatif, berarti kelasnya negatif, ini menunjukkan kebalikan urutan indeks
korelasi tidak pernah lebih dari 1 (satu).
2. Korelasi Tata
Jenjang
Korelasi tata jenjang
digunakan untuk menentukan hubungan atau dua gejala yang kedua-duanya merupakan
gejala ordinal atau tata jenjang.
Rumus yang dikemukakan:
3. The
Widespread Biserial Correlation
Sering terjadi dalam
penelitian yang membutuhkan pengamatan seperti cenderung memberikan nilai
rata-ratadari pada menilai sangat baik atau sangat buruk.
Rumus:
4. Poin
Biserial Correlation
Digunakan apabila kita
hendak mengetahui korelasi antara dua variabel, yang atu variabel kontinum,
sedang yang lain variabel deskrit murni. Hasil perhitungan dengan
korelasi biserial dapat dikonsultasikan ke tabel r hasil korelasi produk
moment.
Rumus:
5.
Korelasi Tetrachoric
Digunakan
untuk mencari korelasi dua variabel deskrit buatan. Mula-mula datanya merupakan
data kontenum yang sebenarnya dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu:
a.
Subjek yang menguasai materi
b.
Subjek yang tidak menuasai materi
6.
Phi Coeficient
Koeficient
Phi (Ï€)
yang menghasilkan Koeficient Phi digunakan untuk mencari
hubungan dua variabel diskrit dan diutamakan diskrit murni bila variabel
deskrit dan merupakan variabel diskrit, maka diubah dulu menjadi variabel
diskrit Korelasi Phi sering digunakan untuk menentukan validitas item
variabel pertama adalah benar atau salahnya subjek dalam menjawab item,
sedangkan variabel kedua adalah skor total yang dibuat dikotomi.
Cara
mengubah skor total menjadi dikatomi dapat menggunakan mean atau median. Jika
menggunakan mean sebagai nilai pemisah subjek maka ada kemungkinan banyaknya
subjek pada dua kelompok bisa tidak sama bila menggunakan mean sebagai nilai
pemisah subjek maka banyak subjek untuk kedua kelompok sama.
a. Kelompok yang
tidak sama jumlah subjeknya
b. Kelompok yang sama jumlah subjeknya
7. Contingen
Coeficient (Koefisien Kontingensi)
Koefisien Kontingensi
digunakan bila variabel yang dikorelasikan berbentuk kategori (gejala ordinal)
bila datanya bergaris diskrit, maka aelain menggunakan koefisient phi
atau tetra korik. Tetapi bila variabelnya diklasifikasikan menjadi lebih
dari dua maka koefisient phi atau tetra korik tidak dapat
digunakan.
Contingency (C) sangat erat kaitannya
dengan Ch – kuadrat dan dihitung dengan Chi kuadrat maka C dapat
dengan mudah diketahui. Rumus menghitung Chi kuadrat adalah:
Untuk
menghitung koefisien kontinyansi digunakan rumus: [3]
H.
Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Korelasional
Penelitian
korelasional mengandung kelebihan-kelebihan, antara lain: kemampuannya untuk
menyelidiki hubungan antara beberapa variabel secara bersama-sama
(simultan); dan Penelitian korelasional juga dapat memberikan informasi
tentang derajat (kekuatan) hubungan antara variabel-variabel yang diteliti
(Abidin, 2010). Selanjutnya, Sukardi menambahkan kelebihan penelitian ini
adalah penelitian ini berguna untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan
bidang pendidikan, ekonomi, sosial. Dengan penelitian ini juga memungkinkan
untuk menyelidiki beberapa variabel untuk diselidiki secara intensif dan
penelitian ini dapat melakukan analisis prediksi tanpa memerlukan sampel yang
besar.
Sedangkan,
kelemahan penelitian korelasional, antara lain: Hasilnya cuma mengidentifikasi
apa sejalan dengan apa, tidak mesti menunjukkan saling hubungan yang bersifat
kausal; Jika dibandingkan dengan penelitian eksperimental, penelitian
korelasional itu kurang tertib- ketat, karena kurang melakukan kontrol terhadap
variabel-variabel bebas; Pola saling hubungan itu sering tak menentu dan kabur;
ering merangsang penggunaannya sebagai semacam short-gun approach, yaitu
memasukkan berbagai data tanpa pilih-pilih dan menggunakan setiap interpretasi
yang berguna atau bermakna. (Abidin, 2010).[4]
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Penelitian
korelasi mencakup kegiatan pengumpulan data guna menentukan adakah hubungan
antarvariabel dalam subjek atau objek yang menjadi perhatian untuk diteliti.
Adanya korelasi antara dua variabel atau lebih, tidak berarti adanya pengaruh
atau hubungan sebab akibat dari suatu variabel terhadap variabel lainnya.
Meskipun dari kenyataan ada hubungan yang erat antara dua variabel, seseorang
tidak dapat menyimpulkan bahwa variabel yang satu adalah penyebab dari variabel
yang lain. Hal ini disebabkan mungkin ada faktor ketiga yang mempengaruhi
variabel pertama, variabel kedua, atau mungkin mempengaruhi kedua-duanya.
Dengan mengabaikan ada atau tidaknya suatu hubungan sebab akibat, adanya
hubungan yang erat memungkinkan kita untuk membuat prakiraan.
SARAN
Saran yang perlu kami sampaikan kepada pembaca adalah
hendaknya sebelum melakukan penelitian perlu mengetahui dan memahami prinsip-prinsip
dari jenis penelitian korelasional. Hal ini berguna agar
jenis penelitian yang digunakan tepat sasaran.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Prosedur
penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka Cipta.
Suryabrata, S. 2005. Metodologi penelitian. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar