Penerapan Pendekatan SAVI
(Somatis, Auditori, Visual , dan Intelektual ) dan Penilaian
Portofolio terhadap Hasil Belajar Matematika siswa Kelas X SMAN 1 Banuhampu Sungai Puar Kabupaten Agam
Tahun
Pelajaran 2012/2013
Proposal
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu tugas semester pada mata kuliah metodologi penelitian pembelajaran
pendidikan matematika
Oleh :
MELDA YANTI
2410.072
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
MATEMATIKA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN )
SJECH M.DJMIL DJAMBEK BUKITTINGGI
2012/2013
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul
“Penerapan Pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual , dan
Intelektual ) dan Penilaian Portofolio terhadap Hasil Belajar Matematika siswa Kelas X SMAN 1 Banuhampu Sungai Puar Kabupaten Agam”. Penulisan proposal ini
merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi
Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika pada jurusan pendidikan
matematika STAIN Bukittinggi.
Dalam penulisan proposal ini, penulis tidak terlepas dari bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1.
Bapak IMAMUDDIN,Mpd yang telah membimbing penulis selama penulisan proposal ini.
2. Rekan-rekan sesama mahasiswa, khususnya Jurusan Pendidikan Matematika STAIN Bukittinggi dan semua pihak yang telah memberikan
bantuan baik moril maupun materil dalam menyelesaikan proposal ini.
Semoga bimbingan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis menjadi
amal kebaikan dan mendapat pahala dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa proposal ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak demi
kesempurnaan proposal ini. Akhirnya penulis berharap semoga proposal ini
bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Bukittinggi, Februari 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................i
DAFTAR ISI.......................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..........................1
B. Identifikasi
Masalah.................................10
C. Pembatasan Masa...................................11
D. Rumusan Masalah....................................11
E. Asumsi.....................................................11
F. Tujuan Penelitian......................................12
G. Manfaat
Penelitian....................................12
H. Definisi
Operasional..................................13
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Kajian Teori..............................................14
1. Pembelajaran
.....................................14
2.
Pendekatan
SAVI…............................15
3. Penilaian
Portofolio..............................21
4. Aktivitas
Belajar...................................25
5. Lembaran
Kerja Siswa.........................28
6. Kuis......................................................28
7. Pekerjaan
Rumah..................................29
8. Pengelompokkan
Siswa.........................29
9. Hasil
Belajar..........................................31
B. Kerangka Konseptual..................................33
C. Hipotesis Penelitian......................................34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian..............................................36
B. Populasi dan Sampel.....................................37
C. Variabel dan Data.........................................42
D. Prosedur Penelitian........................................43
E. Instrumen Penelitian.......................................50
F. Teknik Analisis Data......................................57
DAFTAR KEPUSTAKAAN..........................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang
harus diajarkan di setiap jenjang pendidikan, mulai dari jenjang pendidikan
dasar sampai ke jenjang pendidikan tinggi. Selain itu, matematika memegang
peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yaitu
sebagai alat bantu, pembentuk pola pikir, dan pembentuk sikap. Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin tinggi membutuhkan manusia yang
terampil dalam matematika, sehingga dengan mengajarkan matematika disetiap
jenjang pendidikan diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi
bangsa di masa depan.
Melihat besarnya peranan matematika dalam perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, telah banyak usaha yang dilakukan pemerintah
untuk meningkatkan mutu pendidikan matematika agar tercipta manusia yang
memiliki pengetahuan dan keahlian dalam bidang matematika. Diantara usaha
tersebut adalah dengan peningkatan kualitas guru matematika, menambah sarana
dan prasarana pendidikan, dan melakukan penyempurnaan kurikulum. Namun, usaha
yang telah dilakukan tersebut masih belum memberikan hasil yang memuaskan. Ini
dapat dilihat dari kenyataan di dunia pendidikan saat ini.
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung hanya beberapa orang siswa yang
benar-benar memperhatikan dan menyimak pelajaran, sedangkan siswa yang lainnya
ada yang mengerjakan tugas untuk mata pelajaran selain
matematika, menggambar-gambar pada bukunya, berbicara dengan teman
sebangkunya, dan bahkan mengganggu teman yang lain. Ketika guru menanyakan
apakah ada diantara siswa yang tidak mengerti atau ada yang ingin ditanyakan
mengenai materi yang telah dibahas, siswa hanya diam saja. Di samping itu
ketika siswa mengerjakan latihan, jika guru memberikan soal yang berbeda dalam
latihan dengan contoh soal yang telah diberikan maka siswa mengalami kesulitan
dalam mengerjakannya. Itupun hanya beberapa orang siswa yang mengerjakan
latihan tersebut, selebihnya mereka hanya menunggu jawaban dari temannya yang
lebih dahulu menyelesaikannya dan kemudian menyalin jawaban latihan tersebut.
Kondisi ini sangat berdampak pada hasil belajar matematika siswa yang kurang
memuaskan.
Selama proses pembelajaran berlangsung guru
telah mencoba menyajikan materi pembelajaran seefektif mungkin untuk menarik perhatian
siswa dan memudahkan siswa memahami konsep materi pelajaran yaitu dengan cara
menerangkan inti dari materi pelajaran matematika yang dibahas, kemudian diberi
contoh-contoh soal yang bervariasi dan selanjutnya siswa dibimbing mengerjakan
latihan. Siswa yang cepat menyelesaikan latihan, buku latihannya diberi nilai.
Namun tingkat kemampuan berbeda yang dimiliki setiap siswa, seringkali membuat
mereka harus menempuh cara berbeda untuk memahami sebuah informasi atau materi
pelajaran yang sama. Ada sebagian siswa yang mudah memahami sebuah informasi
ketika gurunya mengajar dengan cara berjalan mencari informasi pada teman atau
bertanya langsung pada guru dari pada duduk diam dibangku memperhatikan guru
menerangkan dan menulis di papan tulis. Ada juga siswa yang mudah memahami
sebuah informasi ketika gurunya mengajar dengan cara guru menuliskan materi
pelajaran di papan tulis, sehingga mereka bisa membacanya dan kemudian mencoba
untuk memahaminya. Sebagian siswa lain untuk memahami sebuah informasi lebih suka
ketika gurunya menjelaskan secara lisan, dan mereka mendengarkan untuk bisa
memahaminya. Di samping itu, ada juga siswa yang lebih suka memecahkan masalah
dengan cara mendiskusikannya dalam kelompok kecil atau secara mandiri. Apapun cara yang disukai
masing-masing siswa ketika belajar, tergantung bagaimana cara guru untuk
mendukung perbedaan cara belajar yang dimiliki oleh setiap siswa tersebut dalam
proses pembelajaran, sehingga siswa merasa senang dan mudah memahami pelajaran.
Salah satu cara guru mendukung perbedaan cara belajar yang dimiliki oleh setiap
siswa tersebut adalah dengan
menerapkan suatu metode pembelajaran yaitu metode SAVI.
Pendekatan SAVI dikemukakan oleh Dave Meier ,Meier
menyebutkan bahwa: Konsep guru mengenai manusia yang diajarinya (siswa)
menentukan sekali terhadap kegiatan belajar yang direncanakan dan dikelolanya
dengan melibatkan siswa aktif secara fisik, indrawi, maupun intelektual dalam
pembelajaran akan menjadikan proses pembelajaran lebih bermakna. Unsur-unsur metode
SAVI mudah diingat, yaitu somatis
(belajar dengan bergerak dan berbuat), auditori (belajar dengan berbicara dan
mendengar), visual (belajar dengan mengamati dan menggambarkan) dan intelektual
(belajar dengan memecahkan masalah dan merenung). Belajar bisa optimal bila
keempat unsur SAVI ada dalam suatu
peristiwa pembelajaran. Siswa dapat meningkatkan kemampuan mereka memecahkan
masalah (intelektual) jika mereka secara simultan menggerakkan sesuatu
(somatis) untuk menghasilkan suatu pajangan tiga dimensi, piktogram, grafik
bahasa penuh gambar, cerita yang hidup dan lain-lain (visual) sambil
membicarakan apa yang sedang mereka kerjakan (auditori). Menggabungkan keempat
unsur SAVI sebagai modalitas belajar
dalam suatu peristiwa pembelajaran adalah inti pembelajaran multi indrawi.[1]
Kurikulum
Pendidikan sekarang yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), tapi
pelaksanaan KTSP tersebut belum sepenuhnya. Itu terlihat dari cara guru
merencanakan dan merancang sistem penilaian yang masih berdasarkan tes akhir
atau paper and pencil test yang dinilai masih belum mampu mengukur
perkembangan kemampuan siswa sebenarnya.
Penilaian yang mampu mengukur penerapan pengetahuan di dalam berbagai
konsep otentik disebut penilaian otentik (authentic assesment) dan salah
satu penilaian otentik yang bisa menggambarkan dan merefleksikan kemampuan
belajar siswa secara keseluruhan adalah penilaian portofolio terhadap hasil
belajar siswa
Portofolio
merupakan penilaian terhadap sekumpulan karya siswa yang digunakan oleh guru
dan siswa untuk memantau, mengukur dan mendapatkan informasi tentang
perkembangan atau kemajuan belajar siswa/perkembangan pengetahuan,
keterampilan, sikap dan aktivitas siswa dalam belajar. Dalam portofolio
pekerjaan siswa dikumpulkan secara sistematis, yang dimasukkan ke dalam
portofolio berupa Lembar Kerja Siswa (LKS), Pekerjaan Rumah (PR), dan kuis.
Hasil Belajar
merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar berlangsung,
yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan,pemahaman,sikap dan
keterampilan siswa sehingga menjadi lebih baik dari yang sebelumnya. Penelitian
relevan yang mendasari munculnya penelitian ini adalah penelitian Roswita
(2007). Jenis penelitiannya adalah penelitian tindakan kelas. Hasil
penelitiannya menyatakan bahwa terjadi peningkatan aktivitas siswa dalam
kegiatan pembelajaran yaitu bekerja, bertanya, menjawab,mendengar,
memperhatikan, menggambar, menulis hasil diskusi, membuat PR dan latihan serta
membuat kesimpulan dan hasil belajar siswa kelas VIII4 SMPN 31 Padang
dari 28% pada siklus I menjadi 61% pada siklus II. Bertolak dari latar belakang masalah di atas,
maka penulis ingin melakukan penelitian dengan judul : ” Penerapan Pendekatan
SAVI (Somatis, Auditori, Visual, dan
Intelektual) dan Penilaian Portofolio terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa
Di Kelas X SMAN 1 Banuhampu Sungai Puar Tahun Pelajaran 2012/2013”
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas,
dapat diidentifikasi permasalahan dalam proses pembelajaran matematika di sekolah
sebagai berikut:
1.
Pembelajaran matematika masih terpusat pada guru
2. Aktivitas belajar matematika siswa masih
rendah
3. Hasil belajar matematika belum memuaskan
4. Penilaian hasil belajar matematika masih
berupa tes saja atau masih berdasarkan tes akhir
C.
Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah bahwa hasil belajar
siswa yang perlu ditingkatkan,penulis membatasi permasalahan yang akan diteliti
sebagai berikut :
1.
Penelitian akan dilaksanakan pada siswa Kelas X SMAN 1 Banuhampu Sungai Puar Kab. Agam dengan standar kompetensi segi empat. Pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan SAVI
dan penilaian portofolio terhadap hasil belajar siswa.
2.
Hasil belajar siswa diambil dari nilai LKS, Kuis
, PR dan tes akhir belajar
D.
Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah.maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
“Apakah hasil belajar matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan
pendekatan SAVI dan penilaian
portofolio lebih baik dari hasil belajar matematika siswa yang pembelajarannya
menggunakan pendekatan pembelajaran biasa?
E.
Asumsi
Asumsi dari
penelitian ini adalah:
1. Setiap siswa memiliki waktu dan kesempatan
yang sama dalam mengikuti pembelajaran matematika di dalam kelas
2. Setiap siswa memiliki cara dan gaya
belajar serta kemampuan yang berbeda-beda dalam mengkonstruksi pengetahuan
3. Guru mampu menerapkan pendekatan SAVI dan penilaian portofolio dalam
pembelajaran matematika di kelas
4. Hasil belajar matematika siswa sesuai
dengan kemampuan siswa dalam belajar matematika
F.
Tujuan Penelitian
Penelitian
ini bertujuan untuk membandingkan hasil belajar matematika siswa yang
menggunakan pembelajaran pendekatan SAVI
dan penilaian portofolio dengan pembelajaran yang pendekatan pembelajaran biasa
pada siswa kelas X SMAN1 Banuhampu Sungai Puar Kab. Agam Tahun Pelajaran 2012/2013.
G. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat
untuk :
1. Sekolah, sebagai bahan masukkan bagi SMPN 1
Banuhampu untuk menggunakan pendekatan SAVI dan penilaian portofolio dalam
pembelajaran matematika.
Guru, sebagai bahan
masukkan untuk bidang studi matematika dan lainnya bahwa menggunakan
pembelajaran pendekatan SAVI dan penilaian portofolio dapat dijadikan salah
satu pendekatan pembelajaran disekolah.
2. Siswa, untuk meningkatkan dan aktivitas
belajar siswa.
3. Penulis sendiri, untuk memenuhi salah satu
syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan
dan Pengajaran Matematika di
STAIN Bukittinggi.
H.
Definisi Operasional
a. Pendekatan SAVI merupakan suatu
pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
(intelektual) jika mereka secara simultan menggerakkan sesuatu (somatis) untuk
menghasilkan suatu pajangan tiga dimensi, piktogram, grafik bahasa penuh gambar,
cerita yang hidup dan lain-lain (visual) sambil membicarakan apa yang sedang
mereka kerjakan (auditori). Menggabungkan keempat unsur SAVI sebagai modalitas
belajar dalam suatu peristiwa pembelajaran adalah inti pembelajaran multi
indrawi.
b. Penilaian portofolio merupakan penilaian
terhadap sekumpulan karya siswa yang di gunakan oleh guru dan siswa untuk
memantau perkembangan pengetahuan, keterampilan dan sikap
dalam belajar. Pekerjaan yang di kumpulkan berupa PR ,
LKS, dan Kuis. Penilaian tugas ini tidak hanya berupa
angka saja tetapi di lengkapi dengan komentar dari guru.
c. Hasil Belajar merupakan kemampuan yang
diperoleh individu setelah proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan
perubahan tingkah laku baik pengetahuan,pemahaman,sikap dan keterampilan siswa
sehingga menjadi lebih baik dari yang sebelumnya.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A.
Kajian Teori
1.
Pembelajaran
Proses
pembelajaran pada hakekatnya adalah proses komunikasi antara guru dengan siswa,
sehingga terjadi perubahan tingkah laku yang lebih baik. Perubahan tingkah laku
itu adalah perubahan yang bersifat pengetahuan, keterampilan, maupun yang
menyangkut nilai sikap. Slameto mengemukakan bahwa: “Belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungan”[2].
Dapat dikatakan belajar menghasilkan perubahan, misalnya setelah belajar
matematika siswa mampu mendemontrasikan pengetahuan, dan keterampilan matematikanya,
sebelumnya tidak dapat melakukannya.
Proses
pembelajaran merupakan kegiatan antara guru dan siswa yang saling terkait, dan tidak dapat
dipisahkan satu sama lainnya. Melvin.L.Silberman mengatakan bahwa: “Proses
pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru
dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi
edukatif untuk mencapai tujuan tertentu”.[3]
Proses
pembelajaran merupakan pembinaan yang dilakukan terhadap siswa, agar siswa
dapat mengerti bagaimana yang disebut belajar dalam matematika. Nikson dalam
Mulyardi (2003:3) mengemukakan bahwa: “Pembelajaran matematika adalah upaya
untuk membantu siswa mengkonstruksikan konsep-konsep, atau prinsip-prinsip
matematika dengan kemampuan sendiri
melalui proses internalisasi, sehingga prinsip atau konsep itu
terbangun kembali”.
Pembelajaran
matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi, dalam mengaitkan
simbol-simbol dan mengaplikasikan konsep-konsep, yang ada ke dalam situasi
nyata. Untuk itu guru harus menumbuhkan minat dan keaktifan siswa, dalam
pembelajaran matematika. Salah satu yang dapat dilakukan guru yaitu,
menggunakan metode dan strategi mengajar yang tepat, agar tercipta kegiatan
mental yang tinggi, meliputi proses aktif dari dalam diri siswa yang dilakukan
untuk memperoleh pengetahuan baru, dalam penyelesaian masalah matematika.
2.
Pendekatan SAVI
Belajar
matematika memerlukan kegiatan awal yang cukup tinggi. Proses mental akan
meningkat jika didorong oleh kegiatan fisik atau tubuh. Mengabaikan gerakan
tubuh berarti menghalangi pikiran untuk berfungsi secara optimal. Jadi, dengan
melibatkan aktivitas tubuh dalam belajar dapat membangkitkan kecerdasan siswa
sepenuhnya. Belajar berdasarkan aktivitas berarti bergerak aktif secara fisik ketika
belajar dengan memanfaatkan indera sebanyak mungkin dan membuat seluruh
tubuh/pikiran terlibat dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran tidak otomatis meningkat dengan menyuruh siswa berdiri
dan bergerak saja. Akan tetapi menggabungkan gerak fisik dengan aktifitas
intelektual dan penggunaan semua indra dapat berpengaruh besar pada
pembelajaran khususnya pembelajaran matematika. Kegiatan pembelajaran seperti
ini dapat dilihat pada pembelajaran dengan menggunakan pendekatan SAVI dalam proses pembelajarannya. Itu
akan tercipta bila memperhatikan unsur-unsur di bawah ini, yaitu:
Somatis : belajar dengan bergerak dan berbuat
Auditori : belajar dengan berbicara dan mendengar
Visual : belajar dengan mengamati dan
menggambar
Intelektual :belajar dengan memecahkan masalah dan merenung[4]
Para ahli
mengungkapkan bahwa otak manusia menyenangi 7 hal yaitu otak manusia
menyenangi aktivitas yang melibatkan semua indera, melibatkan perasaan, sering mengulang-ulang aktivitas yang
dilakukan, otak menyenangi apa yang diawal dan diakhir, hal yang berkaitan
dengan pertahanan diri, otak menyenangi sesuatu yang menonjol (beda dari yang
lainnya) dan intents ( sesuatu yang sangat mendalam).
Dari uraian diatas, dapat dijelaskan bahwa otak
manusia sangat menyukai aktivitas dan kegiatan yang melibatkan semua indera dan
seluruh tubuh/pikiran dalam melakukan aktivitas pembelajaran. Apalagi dalam
pembelajaran matematika, konsep/materinya bersifat abstrak dan memang tak bisa
dipungkiri bahwa memang sulit memahaminya. Oleh sebab itu, dengan adanya
pendekatan SAVI ini siswa akan
menjadi lebih mudah menerima dan mengkonstruksi konsep-konsep abstrak
matematika kebahasanya sendiri, bahasa yang mudah mereka mengerti bersama teman
sebayanya sehingga mereka menjadi lebih termotivasi belajar. Hal itu tidak
lepas dari peran guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran. Menurut
Meier dalam bukunya The Accelerated
Learnig Handbook
a.
Somatis (S)
“Somatis dalam bahasa yunani berarti tubuh,
somatis adalah belajar dengan bergerak dan berbuat. Jadi, belajar somatis berarti belajar dengan
indera peraba, kinestetis, praktis melibatkan fisik dengan menggunakan serta
menggerakkan tubuh sewaktu belajar”.
Untuk
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa somatis, guru harus membuat siswa
bangkit dari tempat duduk dan aktif secara fisik dari waktu ke waktu. Guru
dapat mengajak siswa membuat alat peraga, menyuruh siswa memperagakan konsep
pelajaran di depan kelas atau guru membagi siswa dalam beberapa kelompok untuk
pembelajaran aktif.
b.
Auditori (A)
Belajar auditori
adalah belajar dengan berbicara dan mendengar. Belajar auditori merupakan cara
belajar yang standar bagi semua orang sejak awal sejarah. Pada pembelajaran ini
siswa belajar dari suara, dialog, menceritakan kepada orang lain sebuah
pengalaman, belajar dan berbicara dengan diri sendiri, mengingat bunyi dan
irama, mendengarkan kaset dan dari mengulang apa yang dibaca dalam hati.
“Untuk merancang pembelajaran yang menarik
pada belajar auditori carilah cara untuk mengajak mereka membicarakan apa yang
sedang mereka bicarakan, pelajari, baca keras-keras dan ajak berbicara saat
mereka memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, menguasai
keterampilan dan lain-lain”.
c.
Visual (V)
“Belajar visual yaitu dengan mengamati dan
menggambarkan. Pembelajaran dapat berhasil dengan baik jika proses pembelajaran
dibawa kedalam kehidupan sehari-hari siswa”. Selain itu guru bisa menciptakan
peta gagasan, diagram dan citra mereka sendiri dari hal-hal yang mereka
pelajari. Misalkan menciptakan piktogram sebesar lukisan dinding dari pekerjaan
rumah. Cara lainnya dengan meminta mereka mengamati situasi dunia nyata
kemudian memikirkan dan membicarakannya, menggambarkan prinsip atau makna yang
dicontohkannya. Jadi, siswa dapat memvisualisasikan dan mengaitkan
konsep-konsep yang dipelajari dengan kehidupan nyata. Hal ini dapat
meningkatkan kreativitas siswa dalam belajar.
d.
Intelektual (I)
Intelektual
menunjukkan apa yang dilakukan pembelajar dalam pikiran ketika mereka
menggambarkan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman. “Intelektual
merupakan bagian dari diri yang merenung, mencipta, memecahkan masalah dan
membangun makna. Itulah sarana yang digunakan pikiran untuk mengubah pengalaman
menjadi pengetahuan, pemahaman dan kearifan”. Aspek intelektual dalam belajar
akan terlatih jika guru bisa membawa siswa terlibat dalam aktivitas seperti
memecahkan masalah, menganalisis, pengalaman, mencari dan menyaring informasi,
merumuskan pertanyaan, dan menciptkan makna pribadi. [5]
Contoh aktivitas
yang akan diamati yang sesuai dengan materi pelajaran dan menggunakan
pendekatan SAVI adalah:
a) Aktivasi
somatis
a)
Ikut bekerja sama dalam diskusi kelompok
b) Memperagakan,memepresentasikan suatu proses,
sistem,atau seperangkat konsep di depan guru atau peserta diskusi.
b)
Aktivitas auditori
a)
Membaca materi dalam LKS dan mendengarkan teman dalam
membaca LKS
b) Bertanya,memberi tanggapan,pendapat atau saran pada
saat diskusi pada teman atau guru
c)
Menanggapi tanggapan,saran dan menjawab pertanyaan guru
atau siswa
c)Aktvitas visual
a)
Memperhatikan penjelasan yang di berikan guru
b) Memperhatikan
teman yang mempresentasikan hasil
kerja kelompoknya
d)
Aktivitas intelektual
a)
Mengerjakan latihan LKS
b)
Mengerjakan Kuis
c)
Membuat kesimpulan
Selanjutnya Meier dalam
bukunya The Accelerated Learning Handbook menyatakan bahwa:
Belajar bisa
optimal jika keempat unsur PendekatanSAVI
tersebut ada dalam suatu peristiwa pembelajaran. Pembelajar dapat
meningkatkan kemampuan mereka dalam memecahkan masalah (intelektual), jika
mereka secara simultan menggerakan sesuatu (seluruh pikiran/indera) dalam
proses pembelajaran (somatis) untuk menghasilkan piktogram atau pajangan tiga
dimensi (visual) sambil membicarakan apa yang sedang mereka kerjakan
(auditori). Menggabungkan keempat modalitas belajar tersebut dalam suatu
peristiwa pembelajaran adalah inti dari pembelajaran yang diinginkan sekarang
(multi indrawi).[6]
Berdasarkan
uraian diatas terlihat bahwa untuk menciptakan suatu proses pembelajaran yang
membuat siswa aktif dalam belajar adalah pembelajaran yang banyak melibatkan
organ tubuh siswa dalam belajar, pembelajaran yang tidak memisahkan tubuh dan
pikiran dalam belajar seperti yang banyak dilakukan dalam proses pembelajaran
selama ini. Dengan pendekatan SAVI guru dapat mendukung gaya belajar
siswa yang beranekaragam dalam belajar.
3.
Penilaian Portofolio
a.
Pengertian Penilaian Portofolio
Beberapa pendapat
para ahli tentang maksud dari portofolio diantaranya adalah menurut Paulson
yang dikutip Rusoni (2001) mendefenisikan “portofolio sebagai kumpulan
pekerjaan siswa yang menunjukkan usaha perkembangan dan kecakapan mereka dalam
satu bidang atau lebih”.
Sejalan dengan
pendapat di atas, Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) menyatakan bahwa:
“portofolio adalah kumpulan hasil karya seorang siswa, sebagai hasil
pelaksanaan tugas kinerja, yang ditentukan oleh guru atau oleh siswa bersama guru,
sebagai bagian dari usaha mencapai tujuan belajar, atau mencapai kompetensi
yang ditentukan dalam kurikulum”.[7]
Berdasarkan tiga
pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa portofolio matematika merupakan
kumpulan hasil karya matematika yang terpilih dari siswa yang sengaja
dikumpulkan dalam jangka waktu tertentu untuk
melihat perkembangan belajar matematika siswa. Dengan adanya penilaian
portofolio ini, guru dapat melihat
sejauh mana perkembangan belajar atau pemahaman siswa terhadap mata pelajaran
yang diajarinya sehingga guru dapat merefleksi diri dan memperbaiki cara
mengajar dan bagi siswa mereka dapat
merefleksi diri mereka juga. Jadi, setiap bagian dalam portofolio itu telah
disusun sesuai waktu sehingga menggambarkan rentetan kemajuan siswa, bagian
yang telah dipilih diharapkan dapat membantu menunjukkan perkembangan belajar
siswa.
Dalam penelitian
ini karya siswa yang akan dimasukkan kedalam portofolio siswa antara lain: LKS,
PR, dan Kuis. Karya tesebut dipilih karena selama proses pembelajaran itulah
karya yang dihasilkan siswa yang dapat menggambarkan perkembangan belajar
siswa.
b.
Kegunaan Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio dapat juga digunakan untuk
berbagai keperluan, misalnya seperti dikemukakan oleh Gronlund yang dikutip oleh Rusoni berikut
ini:
1) Kemajuan belajar siswa dapat terlihat
dengan jelas
2) Penekanan pada hasil pekerjaan terbaik
siswa memberikan pengaruh positif dalam belajar.
3) Membandingkan pekerjaan sekarang dengan
yang lalu memberikan motivasi yang lebih besar dari pada membandingkan dengan
milik orang lain
4) Keterampilan asesmen sendiri dikembangkan
mengarah pada seleksi contoh pekerjaan dan menentukan pilihan terbaik
5) Memberikan kesempatan siswa bekerja sesuai
dengan perbedaan individu (misalnya siswa menulis sesuai dengan tingkat level
mereka tetapi sama-sama menuju tujuan umum)
6) Dapat menjadi alat komunikasi yang jelas
tentang kemajuan belajar siswa bagi siswa itu sendiri, orang tua, dan lainnya.[8]
Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat
disimpulkan bahwa portofolio memiliki banyak keuntungan yang intinya dengan
adanya portofolio penilaian terhadap karya siswa maka guru dapat melihat
perkembangan belajar siswa
secara nyata dan melakukan perbaikan terhadap cara mengajar dan begitu juga
dengan siswa, mereka dapat melihat apa yang mereka peroleh selama proses
pembelajaran, kelemahan dan kelebihan mereka dalam suatu pelajaran serta mereka
bisa menilai sendiri hasil belajar mereka. Dengan portofolio, penilaian
terhadap hasil belajar siswa dan guru lebih terbuka dan jelas.
c.
Bagian-Bagian Portofolio
Bagian-bagian portofolio menurut Depdiknas
:
1. Halaman sampul (berisi: Nama, nomor induk,
kelas, dan nama sekolah)
2. Halaman daftar isi (berisi: kata pengantar
dan tugas yang telah dikerjakan / yang akan dimasukkan ke dalam map)
3. Halaman kata pengantar (berisi: sikap
siswa (penulis) terhadap pelajaran matematika, sikap siswa (penulis) terhadap
tugas-tugas untuk pelajaran matematika, manfaat yang dirasakan oleh siswa
(penulis) dari pelaksanaan tugas-tugas itu, alasan pemilihan karya tulis
pilihan sebagai pelaksanaan tugas pilihan)
4. Halaman isi (berisi tugas yang diberikan
guru, halaman pertama ada nomor tugas, judul uraian, nama siswa, dan tanggal.
Halaman selanjutnya berisi judul, tugas dari guru, dan uraian hasil kerja
siswa). Di antara tugas sebaiknya diberi
batasan dokumen agar kelompok dokumen mudah diorganisir, maka diberi pembatas,
misalnya diberi kertas berwarna.
5. Lembar penilaian (diisi oleh guru)/Catatan
guru dan catatan orang tua. Lembar Penilaian ini berisi nilai dan komentar
(alasan atau pertimbangan guru), mengapa guru memberikan nilai sekian[9]
Contoh format penilaian portofolio dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel
1. Contoh Format Penilaian Portofolio
Kompetensi dasar:
|
Nama :
Tanggal :
|
|||
Indikator:
1.
2.
3.
4.
5.
|
PENILAIAN
|
|||
Kurang
|
Cukup
|
Baik
|
Baik
Sekali
|
|
Dicapai melalui:
·
Pertolongan guru
·
Seluruh kelas
·
Kelompok
·
Sendiri
|
Komentar dari guru:
|
|||
Komentar dari orang tua:
|
Sumber: Surapranata (2004: 147)
4.
Aktivitas Belajar
Dalam proses pembelajaran aktivitas sangat
diperlukan. Karena pembelajaran tidak akan terjadi tanpa adanya aktivitas yang
dilakukan seseorang. Aktivitas akan merefleksikan keinginan seseorang menjadi
suatu tindakan atau kegiatan.
Sardiman mengatakan bahwa “Dalam belajar sangat
memerlukan kegiatan berpikir dan berbuat. Untuk itu, seseorang yang telah
memiliki motivasi dalam dirinya untuk belajar tidak akan berhasil apabila tidak
diiringi dengan tindakan yang jelas dan menunjang kegiatan pembelajaran tersebut”.
Dengan bekerja atau berbuat seseorang akan memperoleh pengetahuan, pemahaman,
dan aspek-aspek tingkah laku lainnya serta mengembangkan keterampilan sehingga
menjadi bermakna.
Jenis-jenis aktivitas dalam belajar menurut Paul
D. Diedrich dalam A.M Sardiman adalah:
a. Visual activities seperti membaca,memperhatikan: demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain
dan sebagainya
b. Oral activities seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya,
memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interviu, diskusi, interupsi,
dan sebagainya.
c. Listening
activities seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato,
dan sebagainya.
d. Writing
activities seperti menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket, menyalin
dan sebagainya.
e. Drawing activies seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram,
pola dan sebagainya.
f. Motor activities seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi,
model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya.
g. Mental activities seperti mananggap, mengingat, memecahkan soal,
menganalisi, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya.
h. Emotional activities seperti menaruh minat, merasa bosan,
gembira, berani, tenang, gugup dan sebagainya.[10]
Pada penelitian ini, aktivitas yang akan diamati
sesuai dengan pendekatan SAVI dan
aktivitas menurut Paul D. Diedrich adalah seperti yang dituliskan pada tabel
berikut ini:
Tabel 2. Aktivitas yang akan Diamati yang sesuai
dengan Pendekatan SAVI
Jenis Aktivitas dalam PBM
dengan Pendekatan SAVI dan menurut Paul B. Diedrich
|
Indikator
|
1
|
2
|
SOMATIS
Motor Activities
|
·
Ikut
bekerja sama dalam diskusi kelompok
·
Memperagakan,mempresentasikan
suatu proses, sistem, atau seperangkat konsep di depan guru atau peserta diskusi
|
AUDITORI
Oral activities
|
·
Membaca
materi dalam LKS dan mendengarkan teman membaca LKS
·
Bertanya,
memberi tanggapan, pendapat atau saran pada saat diskusi pada teman atau
kepada
Guru
|
1
|
2
|
·
Menanggapai tanggapan, saran, dan menjawab
pertanyaan guru/siswa lain
|
|
VISUAL
Visual activities
|
·
Siswa
memperhatikan penjelasan yang diberikan guru
·
Siswa memperhatikan teman yang mempresentasikan hasil diskusi
|
INTELEKTUAL
Mental activities
|
·
Mengerjakan latihan LKS
·
Mengerjakan kuis
·
Membuat kesimpulan
|
5.
Lembar Kerja Siswa (LKS)
Menurut Elida Prayitno
: “LKS adalah suatu sarana untuk menyampaikan konsep kepada siswa baik secara
individual maupun kelompok kecil yang berisi petunjuk untuk melakukan berbagai kegiatan”. LKS dapat digunakan
untuk penanaman konsep. Ada beberapa hal yang harus termuat dalam LKS yaitu:
a. Petunjuk
siswa mengenai topik yang dibahas, pengarahan umum dan waktu yang tesedia untuk
mengajarkannya.
b. Tujuan
pelajaran yang diharapkan diperoleh oleh siswa setelah mereka belajar dengan
LKS tersebut.
c. Alat-alat pelajaran yang digunakan.
d. Petunjuk-petunjuk khusus tentang
langkah-langkah kegiatan yang ditempuh oleh siswa dan diberikan secara
teperinci dan diselingi dengan pelaksanaan kegiatan.[11]
6.
Kuis
Dalam pelaksanaan pembelajaran guru dapat memberikan tes kemampuan
waktunya sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Menurut Elida Prayitno “kuis adalah tes yang membutuhkan waktu singkat berkisar 10 sampai 15 menit
“[12].
Kuis dilakukan sebelum pelajaran dimulai untuk mengetahui pemahaman siswa
dengan pelajaran yang telah lalu atau setelah selesai pembelajaran untuk
mengetahui pemahaman siswa terhadap
materi yang telah dipelajari.
Dalam penelitian ini kuis dilakukan
setelah selesai pembelajaran dan membutuhkan waktu 10 sampai 15 menit terakhir.
Hal ini dilakukan agar siswa serius dalam mengerjakan Lembar Kerja Siswa dan
benar-benar menguasai konsep. Kuis juga berguna bagi guru untuk mengetahui
pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari.
7.
Pekerjaan Rumah (PR)
Pekerjaan rumah merupakan suatu kegiatan yang
menggunakan metode penugasan. Menurut Nasution ada beberapa macam pekerjaan
rumah:
a. Pekerjaan rumah sebagai sarana belajar
mandiri,misalnya mempelajari bahan dari buku tertentu, menerjemahkan bahasa
asing, membaca dan mengahapal sejenak
b. Pekerjaan rumah sebagai sarana latihan
misalnya menyelesaiakan soal matematika atau fisika yang sudah dipelajari
aturan-aturan dan prinsip-prinsipnya
c. Siswa ditugaskan mengumpulkan sejumlah bahan
yang berhubungan dengan suatu masalah untuk menyusun suatu laporan, membuat
percobaan atau demonstrasi[13]
8.
Pengelompokkan Siswa
Pada pembelajaran
dengan pendekatan SAVI dalam
penelitian ini, cara yang belajar yang digunakan adalah berkelompok. Karena
dengan diajar secara berkelompok
siswa lebih bebas mengekspresikan diri dan mengkonstruksi pengetahuannya serta
cakrawala pemikirannya lebih terbuka dalam belajar. Sebagaimana yang kita
ketahui, pada usia ini mereka sangat menjunjung tinggi persahabatan. Dengan
membawa kondisi tersebut kedalam kondisi belajar tentunya akan membuat proses
belajar mengajar menjadi lebih berwarna dan mereka bisa saling berbagi dan
melengkapi kekurangan atau kelebihan masing-masing dalam hal belajar. Dengan bimbingan guru, proses pembelajaran
yang berlangsung akan menjadi lebih bermakna.
Sistem pengelompokkan yang dipakai dalam
penelitian ini adalah sistem heterogenitas berdasarkan kemampuan akademis.Kelompok
heterogen bisa dibentuk dengan memperhatikan latar belakang, sosial ekonomi dan
etnik, serta kemampuan akademis. Menurut Anita Lie "Kelompok pembelajaran
kooperatif biasanya terdiri dari satu orang berkemampuan tinggi, dua orang
dengan kelompok sedang, dan satu lainnya dari kelompok kurang".[14]
Uraian diatas
menjelaskan bahwa pengelompokkan secara heterogen akan memberi manfaat bagi
proses pembelajaran, terutama dalam meningkatkan interaksi antara siswa dengan
kemampuan akademik yang berbeda. Diantara manfaaat yang diperoleh dari
pengelompokkan heterogen ini menurut Anita Lie adalah :
1)
Memberikan kesempatan untuk saling mengajar dan saling
mendukung.
2)
Meningkatkan relasi dan interaksi antar ras, etnik,
gender
3) Memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu
orang yang berkemampuan akademis tinggi, guru mendapat satu asisten setiap tiga
orang.[15]
9.
Hasil Belajar
Proses belajar
akan menghasilkan sesuatu yang disebut dengan hasil belajar. Menurut Suharsimi
Arikunto ”hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
ia menerima pengalaman belajarnya”.[16]
Hasil belajar bukan hanya pengetahuan, tetapi juga kecakapan dan keterampilan
dalam meihat, menganalisis, serta memecahkan masalah, mengadakan rencana dan
membuat pembagian kerja. Hasil belajar yang baik akan diperoleh melalui proses
belajar yang baik, hasil yang baik ini menggambarkan mutu pendidikan.
Menurut A.M
Sardiman hasil belajar itu dikatakan betul betul
baik apabila memiliki ciri-ciri:
1.
Hasil itu tahan lama
2. Hasil itu merupakan Pengetahuan hasil dari proses
belajar mengajar itu bagi siswa seolah-olah telah merupakan bagian kepribadian
bagi diri setiap siswa. Sehingga akan dapat mempengaruhi pandangan dan caranya
mendekati suatu permasalahan.[17]
Hasil belajar dapat
diperoleh melalui tes diakhir penelitian. Menurut Suharmi Arikunto yaitu: “tujuan penilaian hasil
belajar adalah mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di
sekolah”[18]. Jadi
dengan melakukan penilaian hasil belajar akan diketahui berhasil atau tidaknya
proses pembelajaran dapat dilihat dari
tes di akhir pokok bahasan untuk melihat hasil belajar siswa.
Menurut Hamalik, hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan
terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.[19]
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk
dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan.[20]
Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi
oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.
Kingsley membagi 3 macam hasil belajar sebagai berikut:
1.
Keterampilan dan kebiasaan
2.
Pengetahuan dan pengertian
3.
Sikap dan cita-cita. [21]
Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang dapat
dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa,
hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila
dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut
terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan
dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran. [22]
Bloom dalam taksonominya yang dikenal dengan Taksonomi Bloom,
mengemukakan bahwa hasil belajar dikategorikan menjadi tiga ranah, yaitu:
1.
Ranah Kognitif (Cognitive
Domain)
Ranah kognitif mengacu pada hasil belajar intelektual yang
terdiri dari enam jenjang yang kompleksitasnya bertingkat, yaitu mulai dari
pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation);
2.
Ranah Afektif (Affective
Domain)
Ranah afektif mengacu pada hasil belajar berupa sikap. Pada ranah ini, Bloom membagi hasil belajar
kepada lima tingkat, yaitu menerima (receiving),
merespon (responding), menghargai (valuing), mengorganisasikan (organization), dan bertindak konsisten (characterization by a value or value complex);
3.
Ranah Psikomotor (Psyco-motor
Domain)
Ranah psikomotor mengacu pada perbuatan fisik. Pada
ranah ini, Bloom membagi pada tujuh tingkatan yaitu, persepsi (perception), persiapan (set), respon pembimbing (guided response), mekanis (mechanism), respon terpola (complex overt response), adaptasi (adaptation), dan keaslian (origination).[23]
Berdasarkan uraian di atas, hasil belajar yang dimaksud pada penelitian
ini adalah kemampuan yang dimiliki siswa pada aspek kognitif setelah ia
mengikuti pengalaman belajar, kemampuan ini diukur dengan menggunakan tes
akhir.
B.
Kerangka Konseptual
Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika siswa adalah pemilihan pendekatan yang masih kurang tepat serta penilaian yang dilakukan oleh guru masih berdasarkan paper and pencil test sehingga penilaian tersebut belum mampu mengukur kemampuan siswa sebenarnya. Salah satu usaha yang dapat dilakukan guru dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran adalah dengan menggunakan pendekatan pembelajaran dan sistem penilaian yang mampu mengukur kemampuan siswa sebenarnya. Diantara pendekatan dan sistem penilaian yang bagus dan cocok diterapkan dalam proses pembelajaran matematika adalah Pendekatan SAVI dan sistem penilaian berbasis portofolio, dokumen portofolio yang menunjukkan perkembangan siswa selama pembelajaran matematika diantaranya adalah LKS, kuis, dan PR.
Gambar 1: Skema
Kerangka Konseptual
C.
Hipotesis
Hipotesis dalam
penelitian ini adalah “Hasil belajar matematika siswa yang pembelajarannya
menggunakan pendekatan SAVI dan
penilaian portofolio lebih baik dari hasil belajar matematika siswa yang
menggunakan pendekatan pembelajaran
biasa siswa kelas X SMAN 1 Banuhampu Sungai Puar.”
BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Jenis
penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Menurut Sudjana “Eksperimen merupakan metode penelitian yang mengungkapkan hubungan antara
dua variabel atau lebih mencari pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain”.[24]
Berdasarkan
jenis penelitian di atas, penelitian ini dilakukan terhadap dua kelas yaitu,
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen merupakan kelas yang
pembelajarannya dengan pendekatan SAVI
dengan sistem penilaian berbasis portofolio, dan kelas kontrol merupakan
pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran biasa. Adapun rancangan
penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 3: Rancangan Penelitian (Randomized
Control Group Only Desain)
Kelas Sampel
|
Perlakuan
|
Tes Akhir
|
Eksperimen
|
T
|
X1
|
Kontrol
|
-
|
X2
|
Sumber
: Sumadi Suryabrata[25]
Keterangan:
T : Pembelajaran dengan pendekatan SAVI dengan
sistem penilaan portofolio
X1 : Nilai
hasil belajar kelas eksperimen
X2 : Nilai
hasil belajar kelas kontrol
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian. Menurut
Nana Sudjana bahwa: “Populasi adalah seluruh sumber data yang memungkinkan
memberi informasi yang berguna bagi masalah pendidikan”[26]. Sebelum dilakukan penelitian, terlebih
dahulu ditentukan populasi penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah,
seluruh siswa kelas X SMAN 1 Banuhampu Sungai Puar Tahun Pelajaran 2012/2013 yang
terdiri dari 3 kelas. Untuk lebih jelasnya sebaran populasi dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 4. Banyak Siswa
KelasX SMAN 1 Banuhampu Tahun Pelajaran 2012/2013
No
|
Kelas
|
Jumlah Siswa
|
1
|
X1
|
18
|
2
|
X2
|
18
|
3
|
X3
|
18
|
Jumlah
|
36
|
(Sumber:
Tata Usaha SMAN 1 Banuhampu)
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini dipilih secara
acak dua kelas pada SMAN 1 Banuhampu. Teknik pengambilan sampel pada penelitian
ini adalah Random Sampling. Langkah-langkah yang diambil dalam
pengambilan sampel adalah sebagai berikut:
a. Mengumpulkan nilai Semester I pokok bahasan sebelumnya
kelas X SMAN 1 Banuhampu Tahun Pelajaran 2012/2013 yang merupakan populasi dari
penelitian ini.
b.
Melakukan uji Normalitas yang bertujuan untuk melihat apakah populasi berdistribusi nomal
atau tidak. Uji normalitas diuji dengan menggunakan uji Anderson Darling. Uji Anderson
Darling di lakukan dengan cara sebagai berikut:
1)
Membuat
hipotesis, yaitu:
: data
mengikuti distribusi normal
2) Uji statistiknya:
Keterangan:
A2= Anderson Darling
F = fungsi distribusi komulatif dari distribusi khusus
= data
urutan ke-i
N = banyak data
c. Melakukan Uji
Homogenitas Variansi untuk mengetahui apakah populasi mempunyai variansi yang
homogen atau tidak. Untuk menentukan kehomogenan populasi dilakukan
Analisis Variansi Satu Arah (ANAVA ) dengan operasi-operasi sebagai berikut:
1)
Tabel Distribusi Nilai Untuk Seluruh Populasi
Tabel 5.
Distribusi Nilai untuk seluruh Populasi
Aspek
|
Populasi
|
kelas
|
||
X1
|
X2
|
X3
|
||
Nn
|
N1
|
N2
|
N3
|
NT
|
Keterangan :
N :
Jumlah siswa
: Simpangan baku
2)
Jumlah kuadrat rata-rata kuadratis (JKR)
JKR =
3)
Jumlah kuadrat rata-rata kuadratis aatra kelompok (JKK)
JKK = - JKR
4)
Jumlah kuadrat total (JKT)
JKT=
5)
Jumlah kuadrat dalam kelompok (JKD)
6)
Rata-rata (RJKK)
RJKK =
7)
Rata-rata (RJKD)
RJKK =
9) Bila Fhitung ≤ Ftabel dengan= 0,05 dan dk = k – 1, n – k maka populasi dinyatakan homogen. Bila Fhitung ≥ Ftabel maka populasi dinyatakan tidak homogen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel
6. Perhitungan Uji Homogenitas Populasi
Sumber
Variansi
|
Db
|
JK
|
R
|
F
|
Tabel
|
|
0,05
|
0,01
|
|||||
1
|
JK(R)
|
|||||
Antar Kelompok
|
k – 1
|
JKK
|
||||
Kelompok Dalam
|
n - k
|
JKD
|
||||
Total
|
JKT
|
d. Melakukan analisis variansi untuk melihat kesamaan rata-rata populasi dengan menggunakan teknik ANAVA satu arah. Dengan langkah-langkah seperti yang diungkapkan oleh Walpole sebagai berikut:
Hipotesis statistiknya:
: = = ...=
: sekurang-kurangnya dua nilai ragam tidak sama
Tabel 7. Tabel ANAVA satu arah
Sumber Keragaman
|
Jumlah Kuadrat
|
Derajat Bebas
|
Kuadrat Tengah
|
fhitung
|
Perlakuan (nilai tengah kolom)
|
JKP
|
k – 1
|
KTP =
|
|
Galat
|
JKG
|
N – k
|
KTG =
|
|
Total
|
JKT
|
N – 1
|
|
Dengan:
JKT
=
|
JKP
=
JKG
= JKT – JKP
Kriteria pengujian adalah tolak H0
jika Fhitung > Ftabel
dan berlaku sebaliknya terima H0 jika Fhitung
≤ Ftabel Kriteria pengujian yang digunakan adalah jika P-value
> α = 0,05 maka data memiliki kesamaan rata-rata atau
sebaliknya.
e.
Karena populasi berdistribusi normal, homogen, dan
mempunyai kesamaan rata-rata, selanjutnya
ditentukan sampel dengan teknik Random
Sampling, jika populasi terbukti homogen. Kelas yang terambil pertama
dinyatakan sebagai kelas eksperimen dan yang kedua sebagai kelas kontrol.[27]
c. Variabel dan Data
1. Variabel
Variabel
penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian. Dalam penelitian ini terdapat variabel X1 dan variabel X2
yaitu :
a.
Variabel X1
Yang menjadi varibel X1 dalam penelitian adalah
hasil belajar siswa pada kelas eksperimen.
b.
Variable X2
Yang menjadi varibel X2 dalam penelitian adalah
hasil belajar siswa pada kelas kontrol
2. Data
a.
Jenis data
1) Data primer yaitu data tentang hasil belajar matematika siswa
yang diperoleh setelah mengadakan eksperimen
2)
Data Sekunder yaitu nilai rapor
matematika siswa kelas X SMAN 1 Banuhampu Sungai Puar tahun pelajaran 2012/ 2013
b. Sumber Data
1) Sumber data primer
berupa hasil tes yang bersumber dari sampel setelah proses pembelajaran.
2)
Sumber data sekunder diperoleh dari guru mata pelajaran
matematika yang mengajar di kelas tersebut.
D.
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang penulis lakukan melalui empat
tahap yakni tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap akhir dan tahap evaluasi
1.
Tahap
Persiapan
a. Menetapkan jadwal penelitian
b. Mengurus izin penelitian
c. Menentukan sampel penelitian
d. Mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
mengenai materi yang akan dipelajari pada pertemuan selama penelitian, LKS, PR,
dan kuis.
e.
Membuat kelompok berdasarkan pengelompokkan
heterogenitas dari data nilai.
f. Mempersiapkan
soal tes akhir yang akan diberikan pada akhir pokok bahasan.
g. Menentukan isi portofolio sesuai indikator
yang hendak dicapai
h.
Mempersiapkan format penilaian portofolio.
2.
Tahap
Pelaksanaan
Tahap Pelaksanaan meliputi:
Tabel 8.
Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
Kelas
Eksperimen (Dengan Pendekatan SAVI Dan Penilaian Portofolio)
|
Kelas
Kontrol
(Dengan Pembelajaran Biasa)
|
||
1
|
2
|
3
|
4
|
Tahap
Pembelajaran
|
Kegiatan
Guru
|
Tahap
Pembelajaran
|
Kegiatan
Guru
|
Tahap
1
Tahap
Persiapan
(
10’)
|
a. Memberi salam dan mempersilahkan ketua kelas untuk menyiapkan siswa
di kelas berdoa (2’)
b. Guru membuka pelajaran dan berusaha memusatkan perhatian dan
menyiapkan mental siswa untuk belajar matematika (2’ )
c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang pembelajarannya
menggunakan pendekatan SAVI dan
penilaian portofolio. Semua karya
|
Tahap
1 Menyampaikan tujuan dan persiapan siswa (±10’)
|
a. Apersepsi
a)Guru mengucapkan salam
b)Guru menanyakan kesiapan siswa mengikuti
pelajaran.
c)Guru
mengingatkan kembali tentang materi pelajaran sebelumnya
b. Motivasi
a) Guru membuka
pelajaran dengan menceritakan masalah kehidupan sehari-hari yang berkaitan
dengan materi pelajaran yaitu menentukan selang dimana suatu fungsi naik dan
turun sehingga siswa termotivasi dalam
|
1
|
2
|
3
|
4
|
Siswa yang dihasilkan
ditiap pertemuan seperti LKS, kuis, dan PR yang telah dinilai dan
dikomentari
guru dikumpulkan dalam satu bundel atau map. Guru nanti membimbing siswa
menyusun portofolio mereka dan guru menginformasikan bahwa portofolio akan
menjadi tambahan nilai. Jadi semakin lengkap dan rapi susunan portofolionya,
tentu nilainya akan semakin bagus.( 3’)
d.Guru
melakukan apersepsi dengan mengingat kembali materi yang berkaitan dengan
materi pada pertemuan ini dan jika perlu membahas PR yang kurang dimengerti siswa
(3’)
|
Dalam belajar
dan menyadari pentingnya pelajaran ini.
c. Introduksi
Guru menyebutkan tujuan pembelajaran dan
materi pokok yang akan dipelajari yaitu menentukan selang dimana suatu fungsi
naik dan turun
|
Tabel 9 .
Kegiatan inti ( 60 menit )
Kelas Eksperimen
(Dengan Pendekatan SAVI Dan Penilaian Portofolio)
|
Kelas Kontrol (Dengan pembelajaran Biasa)
|
||
1
|
2
|
3
|
4
|
Tahap 2
Tahap penyampaian (±15’)
Tahap 3 Tahap pelatihan (±20’)
|
a.Guru mengorganisasikan
kelompok belajar siswa (±3’)
b.Guru menginformasikan
materi dengan sebelumnya guru membagikan LKS kepada masing-masing siswa dalam
kelompok dan menunjukan secara acak siswa untuk membaca LKS dengan suara
keras sementara siswa lain mendengarkan (±5’).
c.Guru mengiring siswa membahas contoh soal
yang ada dalam LKS dan guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya
jika masih kurang mengerti(±5’)
d.Guru menyuruh siswa
mengerjakan latihan dalam LKS,coba secara
|
Tahap 2
Mendemontrasikan pengetahuan dan
keterampilan (±20’)
Tahap 3 Membimbing pelatihan (±20’)
|
a.Guru menjelaskan materi
b. Guru memberikan kesempatan pada siswa
untuk bertanya bisa terdapat keraguan dalam memahami materi
c. Guru memberikan contoh soal dan
membahasnya bersama siswa
d. Guru bertanya kepada siswa mengenai
materi yang tidak mereka mengerti
e. Guru memberikan latihan dalam LKS pada
masing-masing siswa dan menyuruh
|
1
|
2
|
3
|
4
|
Tahap 4 Tahap
penampilan (±15’)
Tahap 3 Tahap
Pelatihan (± 10)
1
|
mandiri terlebih dahulu jika kurang bisa
diskusikan dengan teman kelompok
e. Guru
menginformasikan bahwa jika ada kelompok yang terbentur,setiap anggota dalam
kelompok itu di beri kesempatan mencari informasi sebanyak mungkin dengan
berpencar ke kelompok yang bisa memberi informasi yang diharapkan .Setelah
itu setiap siswa kembali ke tempat masing-masing DENGAN CACATAN DILARANG
MEMBAWA ALAT TULIS sewaktu mencari informasi.Dan seteleh itu kembali ke
kelompok masing-masing dengan dan
menyelesaikan LKS (±5’)
f.Setelah
selesai membuat LKS seyiap kelompok siap-siap untuk presentasi di depan
kelas, yang dipresentasikan di depan kelas adalah
2
|
3
|
mereka untuk membaca dan mengisi LKS, jika kurang
mengerti boleh dikusi dengan teman sebangku (±30’)
f. Guru membimbing siswa dalam pengisisan
LKS dengan berjalan ke tiap meja siswa
g. Guru meminta siswa untuk
mengerjakan hasil LKS nya di papan
tulis (±20’)
h. Guru menanyakan jawaban siswa tadi ke
siswa lain untuk menilai hasil kerjanya
i. Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya
j. Guru memberikan kuis (±10’)
4
|
1
|
menyebutkan secara sekilas konsep awal yang
mereka peroleh dan kemudian pembahasan soal dari LKS yang mereka buat (±10’)
g. Guru memberikan kesempatan
kepada kelompok yang mau tampil secara sportif terlebih dahulu. Kelompok yang
tampil sportif diberi penghargaan poin untuk setiap anggota kelompoknya. Jika
tidak ada yang mau tampil guru me-lot kelompok yang akan tampil dengan
meminta wakil dari masing-masing kelompok yang terpilih mempresentasikan
hasil diskusi mereka di depan kelas. Siswa yang lain sebagai peserta diskusi
ikut berpartisipasi dengan bertanya atau memberi saran-saran yang membangun.
Bagi siswa yang berpartisipasi aktif juga diberi penghargaan(±10’)
2
|
3
|
4
|
h.Setelah presentasi dan
Tanya jawab selesai guru menyuruh siswa kembali ke posisi semula
i.Untuk
melihat pemahaman dan umpan balik dari siswa mengenai materi yang baru saja
dibahas guru membagikan soal kuis pada siswa (±10’)
|
Tabel 10. Kegiatan Penutup (10 menit )
Kelas Eksperimen
(Dengan Pendekatan SAVI Dan Penilaian Portofolio)
|
Kelas Kontrol
(Dengan Pembelajaran Biasa)
|
||
1
|
2
|
3
|
4
|
Tahap Pembelajaran
|
Kegiatan Guru
|
Tahap Pembelajaran
|
Kegiatan Guru
|
Tahap 3
Tahap
Pelatihan
(±10’)
|
a.Guru membimbing siswa menerangkum persoalan yang baru
saja di bahas sehingga memperoleh gambaran yang jelas tentang persoalan yang baru di bahas
sambil merevres pikiran siswa setelah
melakukan kegiatan pembelajaran
|
Tahap 5
Memberikan latihan dan penerapan konsep (±10’)
|
a.Dengan
metode Tanya jawab guru membimbing siswa dalam menyimpulkan mengenai materi
yang telah di bahas.
b.Guru
menginformasikan materi yang akan di pelajari besok nya agar siswa
mempelajari sebelum pertemuan beriktunya.
|
1
|
2
|
3
|
4
|
b.Guru memotivasi
siswa dan menginformasikan
materi yang akan di pelajari besok agar siswa
Mempelajarinya di rumah dan
membuat pokok masalah yang akan di pelajari sehingga mudah melaksanakan
diskusi pada pertemuan berikutnya.
c.Guru
memberikan beberapa buah PR agar mereka menjadi lebih paham dan mengulang
pelajaran di rumah
|
c.Dengan
metode pemberian tugas, guru memberikan PR kepada siswa
|
3.
Tahap Akhir
Pada tahap akhir penelitian ini penulis
melakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Mengadakan tes uji coba.
b. Mengadakan tes akhir pokok bahasan dikelas
sampel
c. Analisis tes akhir pokok bahasan
d. Mengumpulkan portofolio siswa dan membuat
profil siswa dalam belajar matematika yang dicantumkan ke dalam format
portofolio berdasarkan karya siswa dalam portofolio.
4.
Tahap Evaluasi
Tahap
evaluasi pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol dilaksanakan di akhir
penelitian berupa tes essay secara individu oleh siswa. Tetapi pada kelas
eksperimen, nilai tes yang diperoleh siswa didukung dengan bukti dokumen
portofolio siswa.
E.
Instrumen Penelitian
1.
Lembar Observasi Aktifitas siswa
Lembar observasi digunakan untuk mengetahui
aktivitas-aktivitas siswa selama
mengikuti proses pembelajaran dengan Pendekatan SAVI dan penilaian portofolio
pada kelas eksperimen dan aktivitas-aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran konvensional.
Aktivitas
siswa yang diamati pada kelas eksperimen sebagai berikut:
a
Ikut
bekerja sama dalam diskusi kelompok
b
Memperagakan,
mempresentasikan suatu proses, sistem, atau seperangkat konsep di depan guru
atau peserta diskusi pada saat diskusi dalam kelompok atau presentasi di depan
kelas.
c
Membaca
materi dalam LKS dan mendengarkan teman membaca LKS
d
Bertanya,
memberi tanggapan, pendapat atau saran pada saat diskusi pada teman atau kepada
guru
e
Menanggapi
tanggapan, saran, dan menjawab pertanyaan guru/siswa lain
f
Memperhatikan penjelasan
yang diberikan guru
g
Memperhatikan
teman yang mempresentasikan hasil kerja kelompoknya
h
Mengerjakan latihan LKS
i
Mengerjakan kuis
j
Membuat kesimpulan
Format
lembar observasi siswa untuk kelas eksperimen dapat dilihat pada Lampiran.
2.
Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar Kerja Siswa (LKS) diberikan kepada siswa kelas
eksperimen pada setiap pertemuan. Tujuannya untuk melihat perkembangan belajar
siswa selama proses pembelajaran. Masalah dalam LKS disesuaikan dengan sub
pokok bahasan yang dipelajari di setiap pertemuan.
3.
Kuis
Kuis diberikan kepada siswa di akhir pembelajaran. Tujuannya
untuk melihat perkembangan belajar siswa selama pembelajaran berlangsung.
4.
Pekerjaan Rumah (PR)
PR terdiri dari soal-soal yang berhubungan dengan materi yang
dibicarakan dalam kelas. PR dikerjakan secara individu/kelompok oleh siswa di
rumah dan diberikan secara kontinu dengan tujuan untuk melihat perkembangan
belajar siswa selama peneletian berlangsung.
5.
Tes akhir
Langkah-langkah
dalam menyusun tes akhir hasil belajar sebagai berikut :
1.Menentukan tujuan mengadakan tes yaitu,
untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, dan
melihat apakah strategi yang digunakan berhasil diterapkan.
2. Membuat batasan terhadap materi pelajaran yang
akan diuji.
3. Membuat kisi-kisi tes hasil belajar
matematika.
4. Menyusun soal tes sesuai dengan kisi –
kisi soal.
Suatu tes
dikatakan valid, apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya
diukur. Suharsimi Arikunto menyatakan bahwa: ”Sebuah tes dikatakan valid
apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur”[28].
Validitas yang digunakan adalah validitas isi (content validity),
seperti yang dikemukakan Suharsimi Arikunto bahwa: ”Sebuah tes dikatakan
memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar
dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Oleh karena materi yang
diajarkan tertera dalam kurikulum maka validitas isi ini sering juga disebut
validitas kurikuler”[29].Berdasarkan
kutipan di atas, penulis menyusun kisi-kisi tes berdasarkan silabus yang telah
dibuat guru.
5Uji
coba tes
Sebelum tes diberikan kepada kelas sampel, tes
diuji dulu pada sekolah yang tingkat KKM-nya hampir sama dengan tempat
penelitian, yaitu dilaksanakan di Kelas X MAN 1 Banuhampu Sungai Puar Tahun
Pelajaran 2012/2013.
Adapun tujuan dari
uji coba tes menurut Sutrisno Hadi (1997
: 107) adalah:
a)
Memperbaiki
pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas maksudnya
b) Memperbaiki
pertanyaan-pertanyaan yang bisa menimbulkan jawaban-jawaban yang dangkal.
c)
Memperbaiki
kata-kata yang terlalu asing, akademik atau kata yang menimbulkan kecurigaan.
d) Menambah item yang sangat perlu atau
meniadakan item yang ternyata tidak relevan dengan tujuan penelitian.
6. Analisis
Item
Setelah uji coba dilakukan maka kegiatan selanjutnya adalah
melakukan analisis butir soal, untuk melihat keberadaan soal-soal yang disusun
baik atau tidak. Menurut Suharsimi Arikunto : “Tujuan analisis butir soal yaitu
untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang baik, kurang baik, dan soal yang
jelek”[30]. Analisa soal dapat diperoleh informasi,
tentang kejelekan sebuah soal dan “petunjuk” untuk mengadakan perbaikan.
Dalam melakukan
analisis butir soal, komponen yang perlu diperhatikan adalah tingkat kesukaran, daya pembeda, dan
reliabilitas tes.
a.
Validitas
Validitas menurut
Suharsimi Arikunto adalah:” suatu ukuran yang menunjukkan tingkat ketepatan
atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila
mempunyai validitas yang tinggi”.[31]
Jika nilai thitung > ttabel
(thitung lebih besar dari ttabel) berarti soal tersebut
valid dan sebaliknya jika thitung< ttabel (thitung
lebih kecil dari ttabel), berarti soal tidak valid.
Soal yang valid diujikan kepada kelas yang dilakukan
penelitian yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen.
b. Reliabilitas Tes
Menurut Nana Sudjana: ”Reliabilitas alat ukur adalah ketetapan alat
tersebut dalam mengukur apa yang diukurnya”[32].
Artinya, kapan pun alat ukur
tersebut digunakan akan memberikan hasil ukur yang sama.
Untuk menentukan reliabilitas tes digunakan rumus
yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto
yaitu :
r
Maka:
Keterangan :
rii : reliabilitas tes
n : banyaknya soal
:
jumlah varians skor tiap – tiap soal
:
variansi total
Kriteria dari harga r adalah:
: rii = 0
Sangat rendah : 0,00 < rii ≤ 0,20
Rendah : 0,20
< rii ≤ 0,40
Cukup : 0,40 < rii ≤ 0,60
Tinggi : 0,60 < rii ≤ 0,80
Sangat tinggi : 0,80 < rii < 1,00
Dengan menggunakan rumus
diatas, dilakukan perhitungan Reliabilitas uji coba di MAN 1 Banuhampu
c. Tingkat Kesukaran Soal
Indeks kesukaran
soal menunjukan mudahnya, sedang atau sukarnya suatu soal. Untuk menentukan
indeks kesukaran soal berbentuk essay digunakan rumus yang dikemukakan oleh Depdiknas
sebagai berikut:
Keterangan:
Ik
: Indeks kesukaran soal
Mean :
Rata-rata
Dengan kriteria :
1.
0,00 ≤ IK < 0,30 : Soal tergolong sukar
2.
0,30 ≤ IK < 0,70 : Soal tergolong sedang
3.
0,70 ≤ IK ≤ 1,00 : Soal tergolong mudah
d. Daya
Pembeda Soal ( DP )
Daya
Pembeda Soal adalah kemampuan suatu butir soal dapat membedakan antara siswa
yang telah menguasai materi yang ditanyakan dan siswa yang tidak atau kurang
serta belum menguasai materi yang ditanyakan. Untuk menghitung Daya Pembeda
Soal ( DP ) digunakan
rumus :
Kriteria yang dipakai untuk daya pembeda
soal menurut Depdiknas (2001:9) adalah
sebagi berikut:
0,40 < Dp ≤ 1,00 : soal diterima baik
0,30 < Dp ≤ 0,40 : soal diterima tetapi perlu diperbaiki
0,20 < Dp ≤ 0,30 : soal diperbaiki
0,00 ≤ Dp ≤ 0,20 : soal tidak dipakai / dibuang
Jadi sebuah analisis item dikatakan baik
atau tidak apabila: materi tes tersebut benar-benar valid dengan kriteria
korelasi sedang, reliabilitas soal dengan kriteria cukup, indeks kesukaran soal
dengan kriteria soal tergolong sedang, serta daya pembeda soal dengan kriteria
soal diterima tetapi perlu diperbaiki
F.
Teknik Analisis Data
Analisis data bertujuan untuk melihat,
apakah rata-rata skor hasil belajar antara kelas eksperimen lebih baik dari
kelas kontrol. Untuk melakukan uji statistik maka perlu dilakukan
1.
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah sampel berdistribusi normal
atau tidak.
Uji yang
digunakan adalah uji Liliefors dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menyusun skor hasil belajar siswa dalam
suatu tabel, skor disusun dari yang terkecil sampai yang terbesar.
b. Mencari skor baku dari skor mentah dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Zi =
Keterangan:
S = Simpangan baku
= Skor rata-rata
Xi = Skor dari tiap soal, i = 1, 2, 3,
..., n
c. Dengan menggunakan daftar distribusi
normal baku, dihitung peluang
F(Zi) = P (Z £ Zi)
d. Menghitung jumlah proporsi skor baku yang lebih
kecil atau sama Zi yang
dinyatakan dengan S (Zi) dengan menggunakan rumus :
e. Menghitung selisih antara F(Zi)
dengan S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.
f. Ambil harga mutlak yang terbesar dari
harga mutlak selisih itu diberi simbol Lhitung, Lhitung =
maks
g. Kemudian bandingkan Lhitung dengan
nilai kritis L yang diperoleh dari daftar nilai kritis untuk uji Liliefors pada
taraf a = 0,05 . Dimana Ho adalah populasi
berdistribusi normal, dengan kriteria tolak Ho jika Lhitung > Ltabel,
dan terima Ho jika Lhitung ≤ Ltabel.
2. Uji Homogenitas Variansi
Uji
homogenitas variansi bertujuan untuk melihat kedua kelompok sampel mempunyai
variansi yang homogen atau tidak. Untuk mengujinya digunakan uji F. Rumus yang digunakan
untuk menguji hipotesis ini menurut Sudjana adalah :
F =
Keterangan:
F = Variansi kelompok data
S12 = Variansi terbesar
S22 = Variansi terkecil
Kriteria pengujian adalah terima hipotesis
H0 jika : F hitung <
F tabel dan tolak H0 jika : F hitung ˃ F tabel[34]
3. Uji Hipotesis
Untuk menentukan apakah terdapat perbedaan hasil
belajar siswa dari kedua kelompok sampel tersebut, dilakukan uji perbedaan rata-rata (uji pihak kanan). Pasangan
hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:
H : =
H : >
merupakan rata-rata
hasil belajar matematika siswa yang menggunakan penerapan pendekatan SAVI
dan penilaian portofolio dan merupakan hasil belajar matematika siswa yang menggunakan pendekatan pembelajaran biasa
Jika data populasi
berdistribusi normal dan mempunyai variansi homogen, maka uji statistik yang
digunakan menurut Sudjana adalah
:
dengan
S =
Keterangan : =
Nilai rata-rata kelompok eksperimen
=
Nilai rata-rata kelompok kontrol
n = Jumlah siswa kelompok eksperimen
n = Jumlah siswa kelompok kontrol
S = Variansi hasil belajar kelas eksperimen
S = Variansi hasil belajar kelas kontrol
S =
Simpangan baku kedua kelompok data
Kriteria:
Terima H : jika t > t atau t < t, dengan
dk = n + n – 2 dalam hal lain H ditolak.
Apabila data
berdistribusi normal tetapi mempunyai variansi yang tidak homogen, maka uji
statistik yang digunakan adalah :
Kriteria pengujian adalah :
Tolak H0 jika t ≥ dan terima H0 jika t <
Keterangan : W1
= , W2
=
t1 = t_
t2 = t
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Arikunto, Suharsimi.
(2007) . Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
. (2006) . Prosedur
Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta
A.M, Sardiman (2010) . Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar.
Jakarta: PT. RajaGrafindo persada
Daryanto.(2007).
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Departemen Pendidikan Nasional. (2004). Pedoman Pengembangan Portofolio untuk
Penilaian. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Menengah dan Umum.
Dalam:
[15 Januari2013]
Http://Robyarto.Multiply.Com/Journal/Item/2143k/Pendekatan+Somatis+Auditori+visual +intelektual/html.[15 februari 2012]
[15 Januari 2013]
Hamalik,Oemar. (2006). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi
Aksara
Kinsley, Hordward .dikutip
dari Nana Sudjana.(2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
PT. Remaja Rosdikarya
Lie, Anita. (2002) . Cooperative Learning Mempraktekan
Cooperative learning di Ruang – ruang Kelas. Jakarta: PT Grasindo
Meier, Dave. (2005). The Accelerated Learning Handbook (Terjemahan).
Bandung: Kaifa, PT Mizan Pustaka Prawironegoro, Praktiknyo. (1985). Evaluasi
Hasil Belajar Khusus Analisis Soal Bidang Studi Matematika. Jakarta: Dept P
& K Dirjen Dikti PPLPTK
Mudjiono,dkk.(1999).Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Rineka
Cipta
Nasution, S (2003). Berbagai
Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar Jakarta: Bumi Aksara
Prayitno, Elida. (2003). Pedoman Pengembangan
Sistem Penilaian. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta
Roswita. (2008). Upaya
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika siswa dengan
Pendekatan SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, INTTELEKTUAL (SAVI) pada kelas
VIII4 SMP Negeri 31 Padang Tahun Pelajaran 2006/2007. Tugas
Akhir-PTK. Padang: FMIPA-UNP
Rusoni, Elin. (2008). Portofolio
dan Paradigma Baru Dalam Penilaian Matematika. Bandung: UPI. Dalam http://www.mathematic.transdigit.com/mathematic-article/portofolio-paradigma-baru-dalam-penilaian-matematika.html [15
Januari 2013 ]
Setriana, Ade Juni. (2007). Penerapan Penilaian Portofolio pada
Pembelajaran Matematika di Kelas VII SMPN 26 Padang Tahun Pelajaran 2006/2007.
Skripsi. Padang: FMIPA UNP
Silberman, Melvin L. (2006). Active Learning 101 Cara Belajar Siswa
Aktif. Bandung: Nusamedia.
Slameto. (2003.) Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.
Jakarta: Reneka Cipta.
Sudjana. (2002). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito
Sudjana, Nana. (2004).Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung:
Sinar Baru
Suryabrata, Sumadi. (2003). Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada
Tim Penulis. (2007). Buku Panduan Penulisan
Tugas Akhir/Skripsi UNP. Padang: IKIP
Padang
Thoha, M. Chabib
.(1996).Teknik Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Walpole, RE. (1997). Pengantar
Statistika . Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
[1] Dave Meier, The Accelerated Learning Handbook (Terjemahan),(Bandung:
Kaifa, PT Mizan Pustaka Prawironegoro, Praktiknyo,2005),h,90-100
[2] Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta:
Reneka Cipta, 2003),h,2
[3] Melvin L Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (
Bandung: Nusamedia, 2006), h, 5
[4] Dave Meier, The Accelerated Learning Handbook (Terjemahan),(Bandung:
Kaifa, PT Mizan Pustaka Prawironegoro, Praktiknyo,2005),h,91
[5] Dave Meier, The Accelerated Learning Handbook (Terjemahan),(Bandung:
Kaifa, PT Mizan Pustaka Prawironegoro, Praktiknyo,2005),h,92-99
[6] Dave Meier, The Accelerated Learning Handbook (Terjemahan),(Bandung:
Kaifa, PT Mizan Pustaka Prawironegoro, Praktiknyo,2005),h,100
7 Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Pengembangan Portofolio untuk
Penilaian,(Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Menengah dan Umum,2004),h,3
[8] Rusoni, Elin, Portofolio dan
Paradigma Baru Dalam Penilaian Matematika,( Bandung: UPI, 2008),h, 154
[9] Departemen
Pendidikan Nasional, Pedoman Pengembangan Portofolio untuk Penilaian,(Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar Menengah dan Umum,2004),h,21-29
[10] A.M, Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar
Mengajar, (Jakarta: PT. RajaGrafindo persada, 2010),h,101
[11] Elida Prayitno, Pedoman Pengembangan Sistem
Penilaian. (Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakart,2003),h,7
[12] Elida Prayitno, Pedoman Pengembangan Sistem
Penilaian. (Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakart,2003),h,15
[13] Nasution, S, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar
Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara,2003),h,202
[14] Anita Lie, Cooperative Learning Mempraktekan
Cooperative learning di Ruang – ruang Kelas. Jakarta: PT Grasindo,
2002),h,40
[15] Anita
Lie, Cooperative Learning Mempraktekan
Cooperative learning di Ruang – ruang Kelas. Jakarta: PT Grasindo,
2002),h,42
[17] A.M, Sardiman,Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar,(Jakarta: PT. RajaGrafindo
persada,2010),h,47
[19] Oemar
Hamalik, Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Bumi Aksara, 2006), h. 30
[20]
Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 102
[21] Hordward
Kinsley, dikutip dari Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar,
(Bandung: PT. Remaja Rosdikarya,2005), h. 22
[22]
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta,
1999),h.250
[23] M.
Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), Cet.ke-3, h.27
Tidak ada komentar:
Posting Komentar